Bagikan:

JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dirinya tidak mengetahui kedatangan pemilik Telegram Pavel Durov di Prancis Sabtu pekan lalu dan tidak dijadwalkan untuk bertemu dengannya, dalam konferensi pers Hari Kamis di sela-sela kunjungan ke Serbia.

"Saya sama sekali tidak mengetahui kedatangan Durov di Prancis, dan itu sangat normal karena saya tidak mengetahui kedatangan dan kepergian warga negara dari seluruh dunia, baik yang memiliki kewarganegaraan Prancis atau tidak," terang Presiden, melansir Reuters 30 Agustus.

Pavel Durov ditangkap oleh polisi Prancis setelah pesawat jetnya mendarat di bandara dekat Paris.

Pada Hari Rabu, seorang hakim Prancis menempatkan salah satu pendiri Telegram yang memiliki kewarganegaraan Prancis dan UEA itu, di bawah penyelidikan resmi atas dugaan keterlibatannya dalam menjalankan platform online yang memungkinkan terjadinya transaksi ilegal, gambar-gambar pelecehan seks anak, perdagangan narkoba dan penipuan.

Namun, hakim mengabulkan permohonan jaminannya dengan membayar 5 juta euro, wajib lapor dua kali seminggu dan tidak meninggalkan wilayah Prancis.

Pada kesempatan itu, Presiden Macron juga membela keputusan Prancis pada tahun 2021 untuk memberikan kewarganegaraan Prancis kepada Durov di bawah prosedur yang jarang dilakukan untuk individu terkenal.

"Ini adalah bagian dari strategi untuk memungkinkan perempuan dan laki-laki, baik artis, atlet, atau pengusaha, ketika mereka berusaha mempelajari bahasa Prancis dan mereka mengembangkan kekayaan, inovasi untuk diberikan kewarganegaraan Prancis," jelas Presiden Macron.

Untuk diketahui, ditempatkan dalam penyelidikan formal di Prancis tidak menyiratkan rasa bersalah atau harus mengarah ke pengadilan, tetapi menunjukkan hakim menganggap ada cukup bukti untuk melanjutkan penyelidikan. Penyelidikan dapat berlangsung bertahun-tahun sebelum dikirim ke pengadilan atau ditangguhkan.