Pidato Natal Pertama, Raja Charles III Kenang Mendiang Ratu Elizabeth II dan Sinergi Lintas Agama Atasi Kelaparan
Raja Charles III. (Twitter@RoyalFamily)

Bagikan:

JAKARTA - Raja Charles III mengenang sosok mendiang Ratu Elizabeth II serta sinergi lintas agama untuk mengatasi kelaparan, saat menyampaikan pidato Natal perdananya.

Selain itu, Raja Charles III juga memuji "orang-orang yang sangat baik hati" yang telah mendukung mereka yang berjuang menghadapi krisis biaya hidup.

Dalam pidato pertamanya sejak naik tahta empat bulan lalu, raja berusia 74 tahun itu bersimpati dengan keluarga di seluruh Inggris yang sedang berjuang mengatasi tagihan rumah tangga yang meningkat.

Dia memuji individu, badan amal dan kelompok agama untuk pekerjaan tak kenal lelah mereka, guna memberikan bantuan penting bagi orang-orang yang membutuhkan.

Raja mengatakan banyak orang mengalami "kecemasan dan kesulitan yang besar" ketika mencoba untuk "membayar tagihan mereka dan menjaga agar keluarga mereka tetap makan dan hangat."

Inggris diketahui tengah bergulat dengan krisis ekonomi sebagian karena invasi Rusia ke Ukraina, yang menyebabkan harga bahan bakar dan energi naik dengan cepat.

Raja Charles III mengenang bagaimana mendiang Ratu Elizabeth II, yang dapat menyentuh kehidupan orang lain dengan "kebaikan dan kasih sayang", sesuatu yang dia gambarkan sebagai "esensi komunitas kita dan fondasi masyarakat kita".

Kualitas ini tercermin dalam "dedikasi tanpa pamrih" dari angkatan bersenjata, profesionalitas perawat kesehatan dan sosial, guru dan semua orang yang bekerja dalam pelayanan publik.

natal keluarga kerajaan inggris
Keluarga Kerajaan Inggris saat Natal di Gereja St. Mary Magdalene. (Twitter@RoyalFamily)

"Dan pada saat kecemasan dan kesulitan besar ini, baik bagi mereka di seluruh dunia yang menghadapi konflik, kelaparan atau bencana alam, atau bagi mereka di rumah menemukan cara untuk membayar tagihan mereka dan menjaga agar keluarga mereka tetap makan dan hangat. Kami melihat itu dalam kemanusiaan orang-orang di seluruh negara kita dan Persemakmuran yang begitu siap menanggapi penderitaan orang lain," ujarnya melansir The National News 25 Desember.

"Saya secara khusus ingin memberikan penghormatan kepada semua orang yang sangat baik hati yang dengan murah hati memberikan makanan atau sumbangan, atau komoditas yang paling berharga dari semuanya, waktu mereka, untuk mendukung orang-orang di sekitar mereka yang paling membutuhkan, bersama dengan banyak organisasi amal yang melakukannya, pekerjaan luar biasa dalam keadaan yang paling sulit," sambungnya.

Pidato raja disampaikan dari Quire of St George's Chapel, mencerminkan pidato perayaan mendiang Ratu Elizabeth tahun 1999. Itu mengikuti pola mapan ibunya, refleksi pribadi pada tahun itu, menyentuh isu-isu terkini dan dengan kerangka kerja Kristen.

Lebih lanjut, Raja Charles III juga menyebut agama lain, menyoroti bagaimana komunitas agama membantu mereka yang kesulitan keuangan dan, seperti orang Kristen, percaya pada "kekuatan cahaya mengatasi kegelapan".

Selama beberapa dekade sebagai 'raja yang menunggu', Pangeran Wales saat itu dikenal karena karyanya yang luas dengan berbagai kelompok agama.

"Gereja, sinagoga, masjid, kuil dan gurdwara kami, sekali lagi bersatu dalam memberi makan yang lapar, memberikan cinta dan dukungan sepanjang tahun," jelasnya.

"Solidaritas yang tulus seperti itu adalah ekspresi yang paling menginspirasi, dari mencintai sesama kita seperti diri kita sendiri," tandas Raja Charles III.

Tema sentral pidatonya adalah perayaan "Dedikasi Tanpa Pamrih", sebuah nilai yang diwujudkan oleh mendiang ibunya dan tercermin dalam tindakan banyak orang, mulai dari layanan darurat hingga anggota masyarakat, yang membantu membangun dan memperkuat lingkungan.

Pidato yang direkam sebelumnya dibuka dengan raja merenungkan bagaimana dia berdiri "begitu dekat dengan tempat ibu tercinta, mendiang ratu, dimakamkan dengan ayah tersayang" di Kapel Peringatan Raja George VI, dan dia berterima kasih kepada publik untuk "cinta dan simpati" yang diungkapkan dalam kartu dan pesan belasungkawa.

Dia juga menggambarkan bagaimana periode perayaan adalah "waktu yang menyedihkan" bagi keluarga yang berduka, menambahkan: "Kami merasakan ketidakhadiran mereka di setiap pergantian musim yang akrab dan mengingat mereka dalam setiap tradisi yang disayangi."

Tahun ini para bangsawan berkumpul di Sandringham House, Norfolk untuk merayakan Natal pertama mereka sejak wafatnya Ratu Elizabeth II pada September lalu.