Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah mendesak Kementerian Luar Negeri untuk segera menyampaikan nota keprihatinan kepada Amerika Serikat atas kekerasan rasial yang menghebohkan belakangan ini. Kemenlu, harus meminta pemerintah AS untuk menghentikan kekerasan rasial Anti-Asia.

Menurutnya, Kekerasan dan sentimen itu tidak terlepas dari agresivitas kebijakan luar negeri Amerika terhadap Asia selama empat tahun pemerintahan Trump yang singkat. 

"Bahasa diplomasi yang dipakai AS selama empat tahun pemerintahan Trump kurang elegan, serta banyak melukai negara-negara Asia," ujar Basarah dalam keterangannya, Sabtu, 27 Maret.

Ketua Bidang Luar Negeri DPP PDI Perjuangan ini menilai, Amerika juga terkesan sering melakukan tindakan sepihak yang tidak mencerminkan norma diplomasi handal sebagai negara super power. 

Diantaranya, menyatakan COVID-19 adalah Kung-flu/Chinese Virus. Selain itu, dalam debat terbuka juga menyatakan bahwa udara India kotor, menghentikan secara sepihak proliferasi nuklir Iran dan kesepakatan Paris serta lainnya.

Hal ini, kata Basarah, menyulut sentimen superioritas kulit putih di AS, dan berujung pada tindak kekerasan rasial terhadap warga keturunan Asia yang  dianggap menggeser dominasi kulit putih.

"Amerika adalah kiblat hak asasi manusia, demokrasi dan anti diskriminasi bagi dunia. Amerika dianggap negara yang sempurna sebagai melting pot bangsa bangsa di dunia," katanya.

Basarah menegaskan, tidak ada satu bangsa pun yang berhak mengklaim sebagai warga asli AS. Sebab warga kulit putih Eropa di AS bukanlah warga asli AS. 

"Jadi ketika kekerasan rasial abad 21 terjadi di AS, maka runtuh lah bangunan kepercayaan warga dunia terhadap demokrasi, hak asasi manusia dan prinsip anti diskriminasi AS. Sebuah harga yang mahal untuk dibayar," bebernya. 

Basarah berharap, Indonesia dapat belajar banyak dari kekerasan Anti-Asia di AS lantaran banyak suku bangsa, ras dan agama.  

"Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!," pungkasnya.

Sebagai informasi, Kasus kekerasan terhadap warga Amerika Serikat keturunan Asia kembali terjadi di San Fransisco, ketika seorang nenek asal China melawan seorang pria yang memukulnya hingga mengalami luka di bagian mata. 

Insiden itu pun membuat nenek berusia 76 tahun tersebut trauma untuk bepergian keluar rumah. 

Pelaku telah ditangkap oleh pihak berwenang setempat pada Kamis,18 Maret. 

Dilansir South China Morning Post, nenek bernama Xiao Zhen Zie menceritakan dalam sebuah wawancara dengan KPIX-TV bahwa ia tengah menunggu untuk menyeberang jalan di pusat Kota San Fransisco pada Rabu, 17 Maret, ketika seorang pria berusia 39 tahun menonjoknya tanpa alasan. 

Insiden tersebut pun menandai salah satu dari beberapa serangan baru-baru ini terhadap lansia keturunan Asia-Amerika di AS.