Serangan Udara Rezim Militer Myanmar di Kachin Tewaskan Puluhan Orang, Menlu Retno: Tidak Dapat Diterima, Kekerasan Harus Segera Dihentikan
Menlu RI Retno Marsudi. (Sumber: Kementerian Luar Negeri RI)

Bagikan:

JAKARTA - Indonesia mengecam serangan udara militer Myanmar yang menewaskan puluhan orang di Kachin, meminta kekerasan segera dihentikan, prihatin dengan peningkatan korban masyarakat sipil, kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pertemuan bertajuk 'Special ASEAN Foreign Ministers Meeting' di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Kamis.

Menlu Retno mengatakan, dalam pertemuan tersebut Indonesia juga menyampaikan concern terhadap terus meningkatnya kekerasan di Myanmar yang telah memakan banyak korban masyarakat sipil.

"Dalam pertemuan tadi, Indonesia menyampaikan data-data mengenai meningkatnya tindak kekerasan yang terjadi sejak terjadinya kudeta sampai saat ini," ujarnya dalam press briefing virtual, Kamis 27 Oktober.

Dikatakan Menlu Retno, keprihatinan masih terus berlangsungnya tindakan kekerasan yang memakan korban sipil disampaikan juga oleh para Menlu lain.

"Serangan yang dilakukan oleh Junta Militer Myanmar pada saat pelaksanaan konser musik di Kachin harus dikecam dan tidak dapat diterima," tegasnya.

"Indonesia menyampaikan duka cita dan simpati kepada para korban dan keluarganya. Tindakan kekerasan sekali lagi harus segera dihentikan," kata Menlu Retno.

"Indonesia menyampaikan agar pesan inilah yang harus segera disampaikan kepada Tatmadaw (militer Myanmar)," tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, serangan udara pada Minggu malam di Negara Bagian Kachin di utara menewaskan sedikitnya 80 warga sipil, termasuk penyanyi dan perwira Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA), media melaporkan, mengutip saksi yang mengatakan tiga pesawat melakukan serangan itu.

Sementara, rezim militer Myanmar membela serangan udara mereka yang menewaskan puluhan orang, dalam konser yang digelar kelompok etnis bersenjata, sebagai tanggapan yang dibenarkan, membantah tuduhan menargetkan warga sipil dan berpotensi menjadi kejahatan perang.

"Sebagai pasukan keamanan, mereka bertanggung jawab untuk memerangi gerilyawan, yang penting bagi perdamaian dan stabilitas regional," kata militer dalam sebuah pernyataan yang diunggah di situs web militer, melansir Reuters.