ISIS Klaim Serangan di Masjid Syiah yang Tewaskan 15 Orang, Presiden Iran Raisi: Pasukan Keamanan akan Memberikan Pelajaran
Presiden Iran Ebrahim Raisi. (Wikimedia Commons/Mehr News Agency/Maryam Kamyab)

Bagikan:

JAKARTA - Sedikitnya 15 orang tewas dan sepuluh lainnya cedera pada Rabu menyusul serangan di Masjid Shah Cheragh di Shiraz, kata kantor berita Iran IRNA.

Sebuah outlet media yang berafiliasi dengan pengadilan Iran mengatakan tiga pria bersenjata telah memasuki masjid pada pukul 17:45 waktu setempat, yang terletak di kota selatan Iran, Shiraz.

Kelompok ISIS mengatakan telah melakukan serangan terhadap tempat suci Muslim Syiah tersebut pada Hari Rabu, meningkatkan ketegangan di negara yang terhuyung-huyung dari gelombang protes dan memicu peringatan tanggapan dari Teheran.

Menteri Dalam Negeri Ahmad Vahidi menyalahkan protes yang melanda Iran karena membuka jalan bagi serangan Shiraz, sementara Presiden Ebrahim Raisi mengatakan Iran akan merespons, menurut media pemerintah.

Pejabat Iran mengatakan mereka telah menangkap seorang pria bersenjata yang melakukan serangan di Masjid Shah Cheragh. Media pemerintah menyalahkan "teroris takfiri", label yang digunakan Teheran untuk militan Muslim Sunni garis keras seperti ISIS.

Kelompok tersebut telah mengklaim serangan sebelumnya di Iran, termasuk pemboman kembar mematikan pada tahun 2017 yang menargetkan parlemen Iran dan makam pendiri Republik Islam Ayatollah Ruhollah Khomeini.

"Pengalaman menunjukkan bahwa musuh-musuh Iran, setelah gagal menciptakan perpecahan dalam barisan persatuan bangsa, membalas dendam melalui kekerasan dan teror," ujar Presiden Raisi, berbicara sebelum ISIS merilis klaim tanggung jawabnya, melansir Reuters 27 Oktober.

"Kejahatan ini pasti tidak akan terjawab, dan pasukan keamanan dan penegak hukum akan memberikan pelajaran kepada mereka yang merancang dan melakukan serangan itu," tegasnya.

Sementara itu, kantor berita semi-resmi Tasnim mengatakan penyerang menembak seorang karyawan di pintu masuk masjid, sebelum senapannya macet dan dia dikejar oleh orang-orang.

Dia berhasil memperbaiki senjatanya dan menembaki para pengejarnya, sebelum memasuki halaman dan menembak jemaah. Beberapa wanita dan anak-anak termasuk di antara yang tewas, katanya.

Seorang saksi di Shah Cheragh mengatakan kepada televisi pemerintah: "Saya mendengar suara tembakan setelah kami berdoa. Kami pergi ke sebuah ruangan di sebelah kuil, orang ini datang dan melepaskan rentetan tembakan. Kemudian (peluru) mengenai lengan dan kaki saya, itu mengenai punggung istri saya, tetapi syukurlah anak saya tidak tertembak, dia berusia tujuh tahun," kenangnya getir.

Diketahui, penembakan peziarah Syiah Hari Rabu terjadi pada hari yang sama, ketika pasukan keamanan Iran bentrok dengan pengunjuk rasa yang semakin lantang menandai peringatan 40 hari sejak kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi, seorang wanita Kurdi berusia 22 tahun.