JAKARTA - Pejabat senior Teheran memastikan pihaknya memiliki kemampuan untuk menuntut pertanggung jawaban ISIS, usai kelompok tersebut mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan saat peringatan kematian salah satu jenderal kharismatik Iran.
Para pelayat pada Hari Jumat mengantarkan peti-peti jenazah para korban dua ledakan mematikan di Kota Kerman, serangan paling berdarah di Iran sejak Revolusi tahun 1979.
Sedikitnya 89 orang tewas akibat dua ledakan saat peringatan wafatnya Komandan Pasukan Quds IRGC Iran Mayjen Qasem Soleimani yang tewas akibat serangan drone Amerika Serikat di Irak tahun 2020.
ISIS mengatakan pada Hari Kamis, dua anggotanya telah meledakkan sabuk peledak di tengah kerumunan orang yang berkumpul dekat makam di Kota Kerman.
"Kami akan menemukan Anda di mana pun Anda berada," kata Komandan Garda Revolusi Iran (IRGC) Mayor Jenderal Hossein Salami, saat pemakaman di pusat keagamaan Imam Ali di Kerman, melansir Reuters 5 Januari.
Sementara itu, Presiden Ebrahim Raisi mengatakan dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi, "Pasukan kami akan memutuskan tempat dan waktu untuk mengambil tindakan".
Terpisah, Menteri Dalam Negeri Ahmad Vahidi mengatakan kepada TV pemerintah, sejumlah tersangka telah ditangkap.
"Badan-badan intelijen negara kami telah menemukan petunjuk-petunjuk yang sangat baik mengenai elemen-elemen yang terlibat dalam ledakan-ledakan teroris di Kerman. Sebagian dari mereka yang berperan dalam insiden ini telah ditangkap," ujarnya tanpa menjelaskan lebih lanjut.
BACA JUGA:
Sedangkan Wakil Menteri Dalam Negeri Majid Mirahmadi mengatakan: "Berbagai individu telah ditangkap di lima kota di lima provinsi, yang telah mendukung insiden ini atau terkait dengannya. Rinciannya akan diumumkan dalam beberapa jam ke depan," menurut kantor berita pemerintah.
Diketahui, ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap sebuah tempat suci Syiah di Iran yang menewaskan 15 orang pada tahun 2022. Serangan sebelumnya yang diklaim oleh ISIS termasuk pengeboman kembar pada tahun 2017 yang menargetkan parlemen Iran dan makam pendiri Republik Islam Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini.