Hassan Nasrallah Bersumpah Hizbullah Tidak akan Diam Setelah Serangan Israel Tewaskan Wakil Kepala Hamas
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah. (Wikimedia Commons/Khamenei.ir)

Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin kelompok militan yang berbasis di Lebanon, Hizbullah, mengatakan pembunuhan wakil pemimpin kelompok militan Palestina Hamas dalam serangan Israel di Beirut adalah "kejahatan besar dan berbahaya yang tidak bisa kita diamkan".

Dalam pidato yang ditayangkan di televisi, Sayyed Hassan Nasrallah menyampaikan belasungkawa kepada Hamas atas apa yang disebutnya sebagai "agresi Israel yang mencolok" pada Selasa malam yang menewaskan Saleh al-Arouri.

Serangan pada Hari Selasa itu terjadi di pinggiran selatan Beirut, Dahiyeh, yang menurut para analis juga bisa menjadi pesan dari Israel kepada Hizbullah, benteng utamanya di sana dapat dicapai.

Ini adalah serangan pertama yang melanda Beirut, setelah hampir tiga bulan terjadi baku tembak setiap hari antara militer Israel dan Hizbullah di wilayah perbatasan Lebanon-Israel.

Hizbullah diketahui meluncurkan roket melintasi perbatasan pada 8 Oktober lalu untuk mendukung Hamas, yang melakukan serangan ke Israel selatan sehari sebelumnya, memicu konflik bersenjata di Jalur Gaza hingga saat ini.

Nasrallah mengatakan tindakan "cepat" Hizbullah pada 8 Oktober dan penembakan lintas batas sejak saat itu, telah mencegah kampanye pemboman yang lebih luas oleh Israel di Lebanon, menunjukkan kemampuan Israel untuk mencegah serangan semacam itu "telah runtuh".

Dia bersumpah "tidak akan ada batasan" dan "tidak ada aturan" dalam perjuangan kelompoknya, jika Israel memilih untuk melancarkan perang terhadap Lebanon.

"Siapa pun yang berpikir untuk berperang dengan kami, singkatnya, dia akan menyesalinya," tegas Nasrallah, melansir Reuters 4 Januari.

Lebih dari 120 pejuang Hizbullah tewas dalam pemboman Israel, bersama dengan hampir dua lusin warga sipil. Di sisi lain, setidaknya sembilan tentara Israel juga tewas dalam baku tembak.

Diketahui, Arouri sendiri dipuji karena membangun kembali hubungan Hamas dengan Hizbullah, setelah kelompok tersebut mendukung pihak yang berlawanan dalam perang yang meletus di Suriah pada tahun 2011.

Arouri (57), yang tinggal di Beirut, adalah pemimpin politik senior Hamas pertama yang dibunuh di luar wilayah Palestina, sejak Israel memulai serangannya terhadap Hamas.

Terpisah, juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, ketika ditanya apa yang dilakukan Israel untuk mempersiapkan potensi tanggapan Hizbullah mengatakan: "Saya tidak akan menanggapi apa yang baru saja Anda sebutkan. Kami fokus pada perang melawan Hamas."