Bagikan:

JAKARTA - Jumlah korban tewas yang terus bertambah akibat konflik di Jalur Gaza, Palestina, membuat pemakaman di wilayah kantong tersebut penuh, banyak keluarga tidak bisa memakamkan anggota keluarganya.

Saad Hassan Barakat, seorang pekerja pemakaman di Kota Gaza, mengatakan, meskipun ia memiliki banyak pengalaman dalam pekerjaan pemakaman, ia tidak pernah menghadapi krisis sebesar ini.

Barakat mengatakan, sebelum perang, ia melakukan beberapa pemakaman setiap hari. Sejak pecahnya konflik Israel-Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, ia terkadang menguburkan 70, 80, 100 atau hingga 300 jenazah dalam satu hari.

Ia menggambarkan bagaimana jenazah sekarang dikubur berlapis-lapis di pemakaman.

"Kesulitannya adalah tidak ada ruang tersisa untuk menggali kuburan, jadi saya menumpuk kuburan satu di atas yang lain," katanya, kepada Anadolu, seperti dikutip dari Daily Sabah 23 Agustus.

"Tempat ini bukan hanya satu atau dua, tetapi tiga lapis kuburan," ungkapnya getir.

Barakat, yang sebelumnya mengawasi sembilan pemakaman di daerah tersebut mengatakan, ia sekarang hanya dapat mengakses dua pemakaman karena pengeboman yang sedang berlangsung.

"Pengeboman terus berlanjut siang dan malam," katanya.

Ia menambahkan, jenazah dikubur di kuburan massal tanpa biaya. Sementara mereka yang meminta kuburan individu harus membayar sekitar 300 shekel.

Sementara itu, Mohammed Abdullah, seorang warga Palestina yang mengungsi dari kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah mengatakan, serangan gencar militer Israel telah membuat semakin sulit untuk menguburkan jenazah.

"Jumlah martir sangat mengerikan dan terus meningkat," kata Abdullah.

"Dalam pembantaian terkecil, kami kehilangan 10 atau 20 orang. Di wilayah tengah Gaza, hanya ada tiga pemakaman, dan semuanya penuh sesak," jelasnya.

Abdullah menceritakan upaya baru-baru ini untuk mengubur delapan jenazah, yang mana jenazah yang sebelumnya dikubur ditemukan kembali.

Ia mencatat, kuburan tidak hanya diisi dengan jenazah tetapi juga dengan jenazah yang masih hidup, karena orang-orang yang mengungsi mencari perlindungan di tempat yang tersedia.

Terpisah, sumber-sumber medis di Gaza mengatakan pada Hari Kamis, serangan pasukan Israel dalam 24 jam terakhir menyebabkan sedikitnya 42 warga Palestina tewas dan 163 lainnya luka-luka, dikutip dari WAFA.

Kondisi itu menjadikan jumlah korban tewas warga Palestina sejak konflik terbaru di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023 telah meningkat menjadi 40.265 jiwa, sementara 93.144 lainnya luka-luka, mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.