Bagikan:

JAKARTA - Perdana menteri sementara Suriah Mohammad al-Bashir berjanji untuk melindungi hak-hak semua kelompok agama di bawah aliansi anti-rezim yang menggulingkan Presiden Bashar al-Assad, mendesak jutaan pengungsi untuk kembali ke rumah.

Serangan kelompok bersenjata Suriah pada akhir November yang dipelopori kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan sekutunya, mencapai puncak dengan keberhasilan menguasai ibu kota Damaskus, menumbangkan kekuasaan Presiden Assad sekaligus mengakhiri lima dekade pemerintahan keluarganya.

Penguasa baru pun berusaha meyakinkan akan melindungi hak-hak semua orang.

"Kami akan menjamin hak-hak semua orang dan semua sekte di Suriah," kata Mohammad al-Bashir, yang ditunjuk sebagai kepala pemerintahan transisi, dikutip dari Daily Sabah 11 Desember.

Ketika ditanya apakah konstitusi baru Suriah akan bercorak Islam, ia mengatakan kepada harian Italia Corriere della Sera, "kami akan mengklarifikasi semua rincian ini selama proses pembentukan."

Bashir, yang pengangkatannya diumumkan pada hari Selasa, ditugaskan untuk memimpin negara multietnis dan multisektarian itu hingga tanggal 1 Maret.

Dalam wawancara yang diterbitkan Hari Rabu, ia juga meminta warga Suriah di luar negeri untuk kembali ke tanah air.

"Saya menyerukan kepada semua warga Suriah di luar negeri: Suriah sekarang adalah negara bebas yang telah mendapatkan harga diri dan martabatnya. Kembalilah," katanya.

"Kita harus membangun kembali, dilahirkan kembali, dan kita membutuhkan bantuan semua orang," serunya.

Dia juga mengatakan, penguasa baru Suriah akan bersedia bekerja sama dengan siapa pun selama tidak membela Assad.

"Kami tidak memiliki masalah dengan siapa pun, negara, partai, atau sekte, yang menjaga jarak dari rezim Assad yang haus darah," katanya.

Diberitakan sebelumnya, pemimpin pemberontak dan perdana menteri pemerintahan Suriah terguling menyepakati penyerahan kekuasaan, berkoordinasi untuk menjamin pelayanan bagi masyarakat.

Sebuah video yang dibagikan oleh para pemberontak pada Hari Senin memperlihatkan pemimpin kelompok pemberontak utama, Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Abu Mohammad al-Jolani dan Perdana Menteri Salvation Government yang terkait dengan HTS, Mohammed al-Bashir, bertemu dengan Perdana Menteri Mohammad Ghazi al-Jalali yang akan lengser.

Para pemberontak mengatakan, pertemuan tersebut bertujuan untuk "mengkoordinasikan pengalihan kekuasaan dengan cara yang memastikan penyediaan layanan bagi rakyat kami di Suriah," dikutip dari CNN.

Sementara itu, PM Jalali mengatakan kepada TV Al Arabiya, ia telah setuju untuk menyerahkan kekuasaan kepada Salvation Government. Ia menyatakan penyerahan kekuasaan itu bisa memakan waktu beberapa hari, seperti dikutip dari Reuters.