JAKARTA - Pemimpin pemberontak dan perdana menteri pemerintahan Suriah terguling menyepakati penyerahan kekuasaan, berkoordinasi untuk menjamin pelayanan bagi masyarakat.
Sebuah video yang dibagikan oleh para pemberontak pada Hari Senin memperlihatkan pemimpin kelompok pemberontak utama, Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Abu Mohammad al-Jolani dan Perdana Menteri Salvation Government yang terkait dengan HTS, Mohammed al-Bashir, bertemu dengan Perdana Menteri Mohammad Ghazi al-Jalali yang akan lengser.
Para pemberontak mengatakan, pertemuan tersebut bertujuan untuk "mengkoordinasikan pengalihan kekuasaan dengan cara yang memastikan penyediaan layanan bagi rakyat kami di Suriah," dikutip dari CNN 10 Desember.
"Keputusan belum dibuat mengenai perdana menteri transisi. Ada pembicaraan hari ini antara Jolani, Mohammed al-Bashir dan perdana menteri saat ini. Pembicaraan tersebut berlangsung di Hotel Four Seasons," kata seorang sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut kepada CNN.
"Al-Bashir adalah perdana menteri Salvation Government yang terkait dengan HTS, yang mengelola wilayah Idlib yang dikuasai pemberontak di Suriah utara," lanjutnya.
Sementara itu, PM Jalali mengatakan kepada TV Al Arabiya, ia telah setuju untuk menyerahkan kekuasaan kepada Salvation Government. Ia menyatakan penyerahan kekuasaan itu bisa memakan waktu beberapa hari, seperti dikutip dari Reuters.
Terpisah, al-Golani juga dilaporkan bertemu dengan Wakil Presiden Faisal Mekdad untuk membahas pemerintahan transisi, sumber yang mengetahui diskusi tersebut mengatakan kepada Reuters. Golani telah berjanji untuk membangun kembali Suriah.
BACA JUGA:
Sebelumnya, pemberontak Suriah menyatakan mereka telah menggulingkan Pemerintahan Presiden Assad setelah merebut kendali Damaskus pada Hari Minggu, mengakhiri pemerintahan otokratis keluarganya selama beberapa dekade setelah lebih dari 13 tahun perang saudara.
Belakangan, Assad dan keluarganya diketahui berada di Rusia. Kremlin mengatakan, keputusan suaka diberikan oleh Presiden Vladimir Putin.
Diketahui, pengalihan kekuasaan yang akan segera terjadi ini menyusul perang saudara selama 13 tahun dan berakhirnya pemerintahan brutal selama lebih dari 50 tahun oleh keluarga Assad, yang membuat warga Suriah di rumah dan jutaan pengungsi di luar negeri berharap, tetapi sangat tidak yakin tentang masa depan negara mereka.