Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin kelompok pemberontak Suriah Abu Mohammad al-Jolani menegaskan tujuan pergerakan pemberontak merebut kota-kota untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.

Dalam wawancara eksklusif dengan CNN, Jolani yakin ambisi Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) – kelompok yang dibentuk dari bekas afiliasi Al Qaeda – tidak lain adalah mengakhiri rezim Assad. Dalam wawancara pertamanya dengan media selama bertahun-tahun, di lokasi yang dirahasiakan di Suriah, Jolani berbicara tentang rencana untuk membentuk pemerintahan berdasarkan institusi dan dewan yang dipilih oleh rakyat.

“Ketika kita berbicara tentang tujuan, tujuan revolusi tetaplah menggulingkan rezim ini. Merupakan hak kami untuk menggunakan segala cara yang ada untuk mencapai tujuan tersebut,” kata Jolani.

“Benih-benih kekalahan rezim selalu ada di dalamnya. Iran berusaha untuk menghidupkan kembali rezim tersebut, mengulur waktu, dan kemudian Rusia juga mencoba untuk menopangnya. Namun kenyataannya tetap, rezim ini sudah mati,” tutur Jolani.

Sejak keluar dari wilayah mereka lebih dari seminggu yang lalu, kemajuan pemberontak sangat cepat, mereka menguasai kota terbesar kedua di negara itu, Aleppo, sebelum merebut kota strategis Hama/Hamat.

Serangan kejutan ini memberikan pukulan besar bagi Assad dan para pendukungnya di Iran dan Rusia, sekaligus mengobarkan kembali perang saudara yang telah terbengkalai selama bertahun-tahun.

Kekuatan oposisi Suriah terdesentralisasi dan terdiri dari ideologi yang berbeda, meskipun disatukan oleh tujuan yang sama untuk menggulingkan rezim Assad. Namun akar HTS dan Jolani dalam gerakan Islam ekstrem membayangi ambisinya.

Terlepas dari upaya Jolani untuk menjauhkan kelompok barunya dari Al Qaeda, Amerika Serikat menetapkan HTS sebagai Organisasi Teroris Asing pada tahun 2018 dan memberikan hadiah 10 juta dollar untuknya.