Bagikan:

JAKARTA - Mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan pada Kamis didakwa atas sangkaan menghasut serangan terhadap militer.

Kasus ini terkait demonstrasi mematikan anti-pemerintah yang dipimpin oleh partainya. Dakwaan tersebut merupakan yang terbaru dari puluhan kasus terhadap Imran Khan yang dipenjara sejak akhir tahun lalu.

Sidang digelar beberapa jam setelah pengadilan mengeluarkan surat perintah untuk menangkap istri Khan.

Khan mengaku tidak bersalah ketika hakim di pengadilan anti-terorisme di Rawalpindi membacakan dakwaan terhadap dirinya dan puluhan orang lainnya termasuk mantan menteri, pemimpin dan pendukungnya, kata media lokal dan partainya.

Partai tersebut mengatakan akan menentang dakwaan tersebut.

"Dakwaan itu datang tanpa bukti atau bukti apa pun. Begitu kami menentangnya, kami yakin tuduhan itu akan dibatalkan karena tidak lain hanyalah viktimisasi politik," kata juru bicara partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) yang dipimpin Khan dilansir Reuters, Kamis, 5 Desember.

Juru bicaranya, Zulfikar Bukhari, mengatakan belum jelas hukuman maksimal apa yang bisa dijatuhkan kepada Khan atas tuduhan terorisme.

Khan saat ini diadili atas tuduhan korupsi meskipun seluruh hukumannya telah ditangguhkan atau dibatalkan.

Ribuan pendukung Khan sebelumnya menyerang dan membakar beberapa gedung dan kantor militer, termasuk markas militer di Rawalpindi, pada 9 Mei 2023, sebagai protes terhadap penangkapan Khan atas tuduhan korupsi.

Setidaknya delapan orang tewas dalam kekerasan tersebut.

Khan sebelumnya membantah dirinya yang mengarahkan serangan tersebut.

Serangan-serangan tersebut merupakan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap militer di Pakistan, yang telah lama memainkan peran besar dalam politik negara tersebut.

Beberapa pendukung Khan telah dijatuhi hukuman sehubungan dengan kekerasan tersebut.

Mantan menteri pemerintah, Omar Ayub Khan, yang saat ini menjadi pemimpin oposisi di parlemen, ditangkap tak lama setelah dakwaan dilakukan di luar penjara, kata partai tersebut.