Tragedi Teror Taliban di Sekolah Peshawar dalam Sejarah Hari ini, 16 Desember 2014
Memperingati peristiwa penembakan di Sekolah Angkatan Darat Peshawar. (Foto: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Pada 16 Desember 2014, enam pria bersenjata yang berafiliasi dengan Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP), cabang Taliban di Pakistan, meneror Sekolah Umum Angkatan Darat di Kota Peshawar, Pakistan. Mereka memasuki sekolah dan menembaki staf sekolah dan anak-anak. Peristiwa tersebut menewaskan 149 orang termasuk 132 di antaranya adalah anak sekolah usia delapan hingga 18 tahun.

Para militan, semuanya adalah warga negara asing, terdiri dari satu orang Chechnya, tiga orang Arab dan dua orang Afghanistan. Peristiwa penembakan itu merupakan pembantaian sekolah paling mematikan keempat di dunia.

Pada saat kejadian, sekolah tersebut menampung lebih dari 1.000 anggota staf dan siswa; banyak dari murid-muridnya adalah anak-anak personel militer. Para teroris memulai serangan mereka pada pagi hari dengan memanjat tembok belakang sekolah. Menurut beberapa laporan, mereka mengebom kendaraan mereka sendiri untuk mengalihkan perhatian penjaga sekolah.

Memasuki aula pertemuan utama, di mana sekelompok besar siswa sedang belajar tentang pertolongan pertama, para penyerang terus menembak tanpa pandang bulu. Para penyerang, yang dipersenjatai dengan granat dan senapan otomatis, kemudian pergi ke ruang kelas, di mana mereka memusatkan tembakan pada guru dan anak-anak yang lebih besar. Menurut sumber resmi, mereka hanya membunuh dan tidak melakukan penyanderaan.

Sebuah operasi penyelamatan diluncurkan oleh pasukan khusus Kelompok Layanan Khusus Angkatan Darat Pakistan (SSG), yang menewaskan keenam teroris dan menyelamatkan 960 orang. Beberapa tentara terluka saat melakukan penyelamatan. Serangan itu diperkirakan berlangsung sekitar delapan jam. Saat serangan berlangsung, para orang tua murid yang ketakutan berkumpul di gerbang kompleks sekolah.

Sekolah Umum Angkatan Darat di Kota Peshawar, Pakistan. (Foto: Wikimedia Commons)

Serangan itu terjadi setelah serangkaian serangan tingkat tinggi. Bahkan ketika banyak korban telah dimakamkan, gerilyawan TTP lainnya masih melakukan penyerangan ke sebuah bank di provinsi Helmand, Afghanistan, dan menewaskan 10 orang.

Mengutip Independent, Perdana Menteri (PM) Pakistan Nawaz Sharif dan para pemimpin dari berbagai partai politik dan agama bersatu mengeluarkan kecaman keras atas serangan tersebut. Mereka berjanji untuk berbuat lebih banyak untuk menghapus terorisme.

Selama berhari-hari setelah penembakan itu, orang-orang Pakistan di kota-kota besar mengadakan peringatan dengan menyalakan lilin. Kesedihan berubah menjadi kemarahan ketika turun ke jalan untuk menuntut sikap pemerintah Pakistan dan sebagian besar pemuka agama di Pakistan yang pro-Taliban.

PM Nawaz Sharif kemudian memerintahkan pencabutan moratorium hukuman mati untuk kasus-kasus terkait terorisme. Moratorium tersebut berlaku untuk warga sipil, dan seorang tentara dieksekusi pada 2012. Hakim yang terus menjatuhkan hukuman, membuat sekitar 8.000 orang mendapati hukuman mati.

Empat gerilyawan yang terbukti terlibat dalam penembakan di Peshawar digantung pada 2015 dan ratusan tahanan lainnya juga mendapat hukuman mati saat hukum itu kembali diberlakukan. Aktor lainnya yang diyakini mendalangi serangan itu, Omar Khorasani, tewas dalam serangan pesawat tak berawak di Afghanistan timur pada Oktober 2017.

Perdana menteri juga menggemakan sumpah komandan tentara untuk meningkatkan aksi militer terhadap kubu Taliban di daerah suku yang dikelola federal di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan.

Mengenal Tehrik-i-Taliban

Tehrik-i-Taliban Pakistan adalah asosiasi dari berbagai kelompok militan yang menentang negara Pakistan dan ingin menerapkan hukum Syariah. Sebagian besar gerilyawan Taliban diyakini berasal dari kelompok yang disponsori, dibantu, dan bersekongkol dengan cara tertentu oleh negara.

Menyusul kekejaman serangan di Peshawar, PM Pakistan mengakui negara itu tampak ambivalen terhadap para ekstremis. Dipercaya secara luas bahwa badan intelijen Pakistan mendukung kelompok-kelompok militan yang membantu memenuhi tujuannya sendiri. PM Pakistan akhirnya bersumpah untuk mengakhiri perbedaan pendapat antara Taliban "baik" dan "jahat." 

“Semua (orang) Taliban adalah Taliban yang buruk. Ekstremisme dalam bentuk apa pun – pemikiran, tindakan, ekstremisme agama atau politik – adalah buruk. Kita harus melenyapkan mereka di mana pun kita menemukannya," kata PM Sharif. Dia juga bersumpah untuk “mengatur” sekolah-sekolah Islam dan mengakui bahwa pendidikan yang tidak diatur bisa 'sangat berbahaya.'

*Baca Informasi lain soal SEJARAH HARI INI atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya