Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dan selamat dari ledakan bom bunuh diri di Pakistan, saat jumlah korban tewas dan luka-luka terus bertambah.

Jumlah korban tewas akibat bom bunuh diri di sebuah masjid di barat laut Pakistan Senin telah meningkat menjadi setidaknya 92 orang, menandai salah satu serangan paling mematikan di negara itu dalam beberapa tahun.

Wakil Komisaris Peshawar Shafiullah Khan pada Hari Selasa mengonfirmasikan korban jiwa, mengatakan lebih dari 80 korban masih dirawat di rumah sakit setelah ledakan di masjid di sebuah kompleks polisi di kota tersebut, melansir CNN 31 Januari.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri mengutuk serangan bom bunuh diri tersebut, menyampaikan duka cita untuk keluarga para korban.

"Indonesia mengutuk serangan keji teroris yang terjadi di masjid di Kota Peshawar, yang telah mengakibatkan banyak korban meninggal dunia dan melukai para jemaah," tulis Kementerian Luar Negeri di akun Twitter.

"Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kepada keluarga yang berduka dan mendoakan agar korban yang terluka dapat segera pulih," sambung kementerian.

Dikonfirmasi terpisah, juru bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban jiwa maupun luka-luka dalam ledakan tersebut.

"Tidak ada (korban WNI)," ujar Teuku Faizasyah melalui pesan singkat.

Lebih lanjut ia menerangkan, perwakilan diplomatik Indonesia di Pakistan telah menjalin komunikasi dengan WNI di negara tersebut.

"Pihak KBRI sudah berkomunikasi dengan diaspora Indonesia yang tinggal di propinsi tempat kejadian," jelas Teuku Faizasyah.

Hingga saat ini, belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Taliban Pakistan, yang dikenal sebagai Tehreek-e-Taliban (TTP) membantah keterlibatannya, meski sebelumnya petinggi kelompok tersebut sempat memberikan pernyataan.

Pada Hari Senin, pejabat TTP Sarbakaf Mohmand dan Omar Mukaram Khurasani mengklaim ledakan itu sebagai "balas dendam", atas kematian militan TTP Khalid Khorasani tahun lalu. Namun juru bicara utama TTP kemudian membantah kelompok tersebut terlibat dalam serangan itu.

"Mengenai insiden Peshawar, kami menganggap perlu mengklarifikasi bahwa Tehreek-e-Taliban Pakistan tidak ada hubungannya dengan insiden ini," terang juru bicara TTP Muhammad Khorasani dalam sebuah pernyataan Senin malam.

Terpisah, Madiha Afzal, seorang peneliti kebijakan luar negeri pada Brookings Institution di Washington, AS mengatakan, pengambilalihan Taliban di Afghanistan tahun 2021, telah "memberanikan" TTP dan kelompok teror lainnya.

"TTP juga telah diperkuat oleh negara Pakistan yang memiliki respons yang goyah dan tidak pasti terhadap kelompok tersebut dalam beberapa tahun terakhir," ujarnya.

“kebijakan ceroboh terhadap kelompok teroris kurang lebih konsisten di seluruh pemerintahan di Pakistan sejak pertengahan 2000-an," tandasnya.