JAKARTA - Jumlah korban tewas akibat ledakan bom bunuh diri yang menghancurkan masjid di sebuah kompleks polisi di Pakistan Hari Senin, bertambah jadi 88 orang, menjadikan serangan itu salah satu yang paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir.
Mohammad Asim Khan, juru bicara Rumah Sakit Lady Reading di Kota Peshawar, pada Hari Selasa mengonfirmasi korban jiwa dan mengatakan sekitar 50 korban ledakan lainnya sedang dirawat karena luka-luka, melansir CNN 31 Januari.
Sementara itu, harapan memudar dalam pencarian korban selamat, saat petugas penyelamat menyaring puing-puing dan puing-puing masjid yang hampir hancur.
"Kami tidak mengharapkan orang hidup untuk ditemukan. Sebagian besar mayat sudah ditemukan," terang Bilal Faizi, juru bicara regu penyelamat.
Sementara itu, Nasarullah Khan, seorang petugas polisi yang selamat dari ledakan tersebut mengatakan, dia ingat melihat "semburan api yang sangat besar" sebelum dikelilingi oleh gumpalan debu hitam.
Khan mengatakan, kakinya patah akibat ledakan tersebut. Ia mengatakan, dirinya sempat terjebak di reruntuhan selama tiga jam.
"Langit-langit runtuh… ruang di antara langit-langit dan dinding adalah tempat saya berhasil bertahan hidup," ungkapnya getir.
Sementara itu, ledakan Hari Senin adalah tanda terbaru dari memburuknya situasi keamanan di Peshawar, ibu kota Provinsi Khyber-Pakhtunkhwa yang bergolak, lantaran berbatasan dengan Afghanistan dan tempat yang dijadikan Taliban Pakistan, yang dikenal sebagai Tehreek-e-Taliban (TTP) sebagai sasaran serangan.
Diketahui, Washington melabeli kelompok ini sebagai organisasi teroris asing yang beroperasi di Afghanistan dan Pakistan.
Tahun lalu, gagalnya gencatan senjata selama setahun antara TTP dan Pemerintah Pakistan tidak hanya mengancam meningkatnya kekerasan di negara itu, tetapi juga berpotensi meningkatkan ketegangan lintas batas antara Pemerintah Afghanistan dan Pakistan.
Kemarin, pejabat TTP Sarbakaf Mohmand dan Omar Mukaram Khurasani mengklaim ledakan itu sebagai "balas dendam" atas kematian militan TTP Khalid Khorasani tahun lalu.
Namun, juru bicara utama TTP kemudian membantah kelompok tersebut terlibat dalam serangan tersebut.
"Mengenai insiden Peshawar, kami menganggap perlu mengklarifikasi bahwa Tehreek-e-Taliban Pakistan tidak ada hubungannya dengan insiden ini," jelas juru bicara TTP Muhammad Khorasani dalam sebuah pernyataan Senin malam.
"Menurut undang-undang dan konstitusi umum kami, tindakan apa pun di masjid, madrasah, tempat pemakaman dan tempat suci lainnya merupakan pelanggaran," sebutnya.
BACA JUGA:
Pihak berwenang Pakistan mengatakan penyelidikan sedang dilakukan dan belum mengonfirmasi klaim tersebut.
Terpisah, Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan juga mengutuk serangan itu dalam sebuah pernyataan hari Senin.
"Personel penegak hukum yang tidak lengkap terus menjadi sasaran dalam insiden yang memakan korban jiwa sipil dan polisi. Kami menuntut negara mengambil tindakan sekarang," sebut badan itu.