Bagikan:

JAKARTA - Pada 8 Desember 2013, terjadi kecelakaan lalu lintas fatal yang melibatkan bus dan seorang buruh migran asal India, Sakthivel Kumaravelu. Bus pribadi tersebut mengangkut pekerja migran untuk kembali ke asrama.

Kecelakaan terjadi pukul 21.20 waktu setempat di persimpangan antara Race Course Road dan Hampshire Road, Little India, Singapura. Sakthivel Kumaravelu, yang merupakan pekerja konstruksi meninggal dunia.

Mengutip Mothership, kecelakaan tersebut memicu kemarahan orang-orang di Little India. Banyak dari mereka dalam keadaan mabuk segera membentuk kerumunan.

Banyak orang mulai melemparkan berbagai barang ke petugas penegak hukum. Dan dalam waktu satu jam, 29 kendaraan, yang sebagian besar milik kepolisian dihancurkan dan dibakar massa.

Empat ratus pekerja migran terlibat dalam kerusuhan tersebut. Sementara, 159 petugas polisi dikirim ke tempat kejadian. Sebanyak 54 petugas kepolisian dan delapan warga sipil terluka.

Lebih dari dua jam kemudian polisi menangkap 27 perusuh. Sebagian besar massa telah bubar. Patroli dengan visibilitas tinggi dilanjutkan di daerah itu, mencegah perusuh berkumpul kembali.

Singapura memang mengandalkan pekerja migran untuk mengisi lowongan pekerjaan di sektor bergaji rendah seperti konstruksi. Kebanyakan adalah pemuda yang berasal dari India dan Bangladesh, dan tinggal di asrama sambil bekerja dan mengirim uang ke rumah.

Menurut laporan Komisi Penyelidikan Singapura, massa salah memahami responden pertama. Massa berpikir layanan darurat dan petugas polisi akan melindungi sopir bus bernama Lee Kim Huat dan asisten bus Wong Geck Woon.

Sebuah ambulans di lokasi (Sumber: Wikimedia Commons)

Kerumunan, yang kebanyakan pekerja migran asal India merasakan keinginan akan 'keadilan jalanan'. Mereka memilih main hakim sendiri ketika merasa pihak berwenang tak dapat menjatuhkan hukuman.

Komisaris Polisi Singapura saat itu, Ng Joo Hee mengatakan kerusuhan tersebut merupakan yang pertama di Singapura dalam lebih dari 30 tahun. Dia mengutuk kerusuhan itu sebagai "kekerasan yang tidak dapat ditoleransi" dan "Bukan cara Singapura."

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan peristiwa apa pun yang mungkin memicu kerusuhan, tidak ada alasan terjadinya perilaku kekerasan, destruktif, dan kriminal seperti itu. Lee Hsien Long saat itu mengatakan akan mengidentifikasi para pelaku kerusuhan.

"Kami tidak akan menyia-nyiakan upaya untuk mengidentifikasi pelaku dan menangani mereka dengan kekuatan hukum penuh," katanya dalam sebuah pernyataan.

Mengutip BBC, Komisi Tinggi India mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya terus-menerus berhubungan dengan otoritas Singapura untuk memastikan fakta-fakta dari insiden tersebut. Pihak India juga mengatakan akan memberi semua bantuan kepada warga negara India yang terkena dampak.

"Kami berharap semua pihak tetap tenang," tambahnya.

Perubahan Little India setelah kerusuhan

Little India di Singapura (Sumber: Wikimedia Commons)

Little India merupakan area populer restoran dan toko Asia Selatan. Area itu menjadi tempat tujuan bagi banyak pekerja berkumpul saat hari libur.

Laporan Komite Penyelidikan Singapura setelah kerusuhan mengarah pada pengembangan beberapa tindakan. Little India mengalami bernagai perubahan guna menjaga ketertiban.

Tindakan pertama adalah pembatasan penjualan dan konsumsi alkohol. Little India menjadi Zona Kontrol Minuman Keras, yang berarti bahwa pembelian dan konsumsi alkohol antara pukul 10 malam dan 7 pagi dilarang.

Selain itu pengecer alkohol di daerah tersebut tidak dapat menjual alkohol mulai pukul 19.00 pada Sabtu malam hingga pukul 7 pagi pada Senin pagi, juga pada hari libur nasional. Selain itu, layanan bus harus meninggalkan Little India sebelum jam 9 malam, membatasi jumlah waktu yang dapat dihabiskan pekerja migran di daerah tersebut.

Setelah kerusuhan, jumlah kamera keamanan dan lampu jalan yang dipasang di seluruh Little India juga ditingkatkan. Selain itu jumlah polisi ditingkatkan di daerah tersebut, terutama pada akhir pekan.

Pekerja migran sering diminta untuk menunjukkan identitas kepada polisi yang berpatroli setiap saat. Untuk mencegah pertemuan besar dan gangguan publik, para pekerja migran semakin dilarang berkumpul di area yang ditentukan.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya