JAKARTA – Memori hari ini, tujuh tahun yang lalu, 30 Januari 2018, Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia, Mahathir Mohamad kritik logo Visit Malaysia 2020 yang terlampau ketinggalan zaman. Mahathir mengunggap keinginannya supaya logo segera diganti. Ia meyakini banyak anak muda Malaysia yang berbakat dengan rancangan yang lebih bagus.
Sebelumnya, Kementerian Pariwisata Malaysia dengan bangga memperkenalkan logo Visit Malaysia 2020. Logo itu dianggap daya tarik penting yang mendatangkan ragam wisatawan mancanegera ke Malaysia. Alih-alih mendapatkan sambutan baik, logo itu banjir kecaman.
Sektor pariwisata adalah bagian penting yang mampu mendatangkan pemasukan besar bagi negara. Banyak pelancong luar negeri datang, banyak pula keuntungan yang diraih. Negara-negara di Asia Tenggara pun mulai mempersiapkan kampanye anyarnya untuk menggenjot pariwisata.
Malaysia tak mau ketinggalan. Negeri Jiran memandang bahwa atraksi wisata di Malaysia bejibun dan lengkap. Kementerian Pariwisata Malaysia mulai menyiapkan logo Visit Malaysia 2020. Mohamed Nazri Abdul Aziz yakin kekuatan sebuah logo bisa mengajak pelancong luar negeri datang ke Malaysia.
![](/storage/publishers/455538/polemik-logo-visit-malaysia-2020-yang-dianggap-ketinggalan-zaman-dalam-memori-hari-ini-30-januari-2018.jpeg)
Menteri Pariwisata era 2013-2018 itu juga yakin logo nantinya bisa jadi identitas Negeri Jiran. Puncaknya, Logo Visit Malaysia 2020 diluncurkan di Asean Tourism Forum, Chiang Mai, Thailand pada 26 Januari 2018.
Logo itu memuat sebagian besar elemen pariwisata favorit Malaysia. Logo itu menampilkan hewan tropis (bekantan hingga orang utan), sisi lainnya memuat gemerlapnya Malaysia dengan ikon Menara Petronas.
Segala macam keunggulan itu lalu dibungkus dengan slogan yang dianggap bawa pariwisata Malaysia melejit: Travel.Enjoy.Respect. Kehadiran logo itu dianggap sebagai keseriusan Malaysia dalam mengembangkan sektor pariwisata.
Pemerintah juga ingin menegaskan komitmen mereka dalam memajukan pariwisata Malaysia. Narasi itu membuat seisi Malaysia akan merasakan manfaat dari berkembangnya sektor pariwisata.
BACA JUGA:
"Kami menampilkan Menara Kembar Petronas, orang utan, bekantan, dan penyu karena ini adalah simbol kami. Inilah yang orang asing ingin ketahui tentang Malaysia ketika mereka datang kemari. Menara Kembar Petronas adalah ikon bagi kami seperti halnya Menara Eiffel bagi warga Paris. Mengapa hewan-hewan ini memakai kacamata hitam, ini untuk menunjukkan bahwa Malaysia adalah negara yang cerah dengan pantai-pantai yang indah dan bahwa kami mendukung pelestarian lingkungan.”
“Kami juga membuatnya berwarna-warni karena mewakili Malaysia. Kami adalah negara yang penuh warna dengan beragam budaya dan kami ingin memperjelas bahwa pariwisata itu menyenangkan. Saya tidak bisa memasang logo yang serius. Ini adalah pariwisata dan seharusnya menyenangkan," kata Menteri Pariwista Malaysia, Datuk Seri Nazri Aziz sebaimana dikutip laman New Straits Times, 29 Januari 2018.
Masalah muncul. Logo Visit Malaysia 2020 justru memunculkan kecaman dari dalam negeri. Logo itu dinilai terlampau ketinggalan zaman. Logo itu dianggap amburadul dan tak mencerminkan jiwa anak muda Malaysia yang kreatif dalam menciptakan logo.
Rakyat Malaysia sampai menginisiasi petisi online lewat Change.org terkait penolakan logo Visit Malaysia 2020. Kritikan paling keras muncul pula dari mantan PM Malaysia, Mahathir Mohamad pada 30 Januari 2018. Ia menyayangkan kehadiran logo yang dianggap sudah ketinggalan zaman.
![](/storage/publishers/455538/polemik-logo-visit-malaysia-2020-yang-dianggap-ketinggalan-zaman-dalam-memori-hari-ini-30-januari-2018.jpg)
Mahathir menegaskan Malaysia tak kekurangan seniman. Apalagi, untuk urusan buat logo. Mahathir meminta pemerintah untuk mendengarkan keluh kesah anak muda. Pemerintah jangan berlaku masa bodoh, tapi segera ambil tindakan supaya logo yang dianggap ketinggalan zaman segera diganti.
“Banyak anak muda yang berbakat. Design yang jauh lebih baik. Dengar keluhan mereka, jangan abaikan. #VisitMalaysia2020,” ujar Mahathir dalam akun Twitter/X @chedetofficial, 30 Januari 2018.