Cerita di Balik Lahirnya Hari HAM Sedunia dalam Sejarah 10 Desember 1948
Ilustrasi (Sumber: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Setiap 10 Desember, dunia memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) dengan tema berbeda-beda. Momen ini untuk mengenang lahirnya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR). Dan tahun ini tema yang diangkat adalah  Equality - Reducing inequalities, advancing human rights atau Kesetaraan - Mengurangi ketidaksetaraan, memajukan hak asasi manusia.

Mengutip laman resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tema Hari HAM 2021 peringatan Hari HAM Sedunia merujuk pada Deklarasi Universal HAM (UDHR) yang dikeluarkan oleh Majelis Umum PBB pada 10 Desember 1948.  Sebuah sidang pleno lalu diselenggarakan pada 4 Desember 1950, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi 423 (V) yang mengundang semua negara anggota PBB dan organisasi lain yang berkepentingan untuk memperingati Deklarasi Universal HAM dan memperingati Hari HAM setiap 10 Desember. Peringatan HAM saat itu dilatarbelakangi oleh kekejaman yang terjadi saat Perang Dunia II.

Sementara itu Deklarasi Universal HAM berisikan tetang hak dan kebebasan dasar yang menjadi hak semua orang. Setiap individu yang berada di mana saja, tanpa pembedaan berdasarkan kebangsaan, tempat tinggal, jenis kelamin, asal kebangsaan atau etnis, agama, bahasa, atau status lainnya dijamin haknya.

Setiap tahunnya PBB memperingati Hari HAM dan memilih tema yang menarik perhatian aspek tertentu dari upaya penegakan HAM. Temanya termasuk mengakhiri diskriminasi, memerangi kemiskinan, dan melindungi korban pelanggaran hak asasi manusia.

Seiring berjalannya waktu, tidak hanya kalangan PBB saja yang memperingati Hari HAM namun berbagai negara juga ikut memperingatinya. Sejak 1968, PBB secara berkala menganugerahkan Penghargaan PBB di Bidang HAM pada setiap peringatan Hari HAM Sedunia.

Logo HAM (Sumber: Wikimedia Commons)

Kisah di baliknya

Hari Hak Asasi Manusia juga menjadi berbagai momen protes dan demonstrasi untuk mendukung HAM, terutama di negara-negara yang sering dilanda pelanggaran HAM. Khususnya, kekerasan dan penangkapan serta pemenjaraan para pengunjuk rasa selama demonstrasi Hari HAM di Kao-hsiung, Taiwan, pada 1979 berkontribusi pada proses demokratisasi di Taiwan.

Raúl Alfonsin, menjabat sebagai Presiden Argentina pada 10 Desember 1983, mengakhiri kediktatoran militer yang telah memerintah negara itu sejak 1976. Pemilihan hari itu untuk pelantikan terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan selama kediktatoran. Sejak saat itu, semua pelantikan presiden dilakukan pada 10 Desember.

Selain itu, terdapat peristiwa-peristiwa lainnya yang terjadi saat peringatan Hari HAM. Pada Hari HAM 1989 terjadi serangkaian demonstrasi besar-besaran di Mongolia yang membantu mempercepat runtuhnya pemerintah komunis negara itu pada tahun berikutnya. Peristiwa menarik lainnya, entah kebetulan atau tidak, mantan diktator Chile Augusto Pinochet, yang dikenal karena melakukan pelanggaran HAM yang dilakukan selama pemerintahan otoriternya, meninggal karena serangan jantung pada 10 Desember 2006 di usia 91 tahun.

Menegaskan nilai simbolis dari Hari HAM, Nelson Mandela menandatangani konstitusi permanen pasca-apartheid pertama negaranya pada 10 Desember 1996. Pada saat yang sama, sejak 1995, Afrika Selatan memperingati Hak Asasi Manusia dan menjadi hari libur nasional setiap 21 Maret. Tanggal tersebut merupakan peringatan pembantaian Sharpeville yang terjadi 1960.

Ilustrasi (Sumber: Unsplash)

Tidak semua berujung dengan penegakan HAM, terdapat peristiwa memilukan saat peringatan Hari HAM. Pada Hari HAM 1997, pihak berwenang Soviet menangkap empat orang yang dianggap pembangkang dan mencegah sedikitnya 20 orang lainnya menghadiri protes damai menentang penindasan politik komunis. Menurut beberapa pengunjuk rasa, pihak berwenang Soviet mengancam 20 orang tersebut jika terus ikut aksi protes. Insiden itu merupakan bukti garis keras yang diambil oleh pemerintah Soviet terhadap protes politik apa pun.

Andrei Sakharov, pembangkang politik Soviet yang paling terkenal, menahan diri untuk tidak hadir aksi protes karena dia takut akan terjadinya kekerasan. Namun aksi protes tersebut berlangsung damai dan lancar. Meski demikian, tindakan Soviet merupakan pengingat yang mengerikan bahwa kebebasan politik di Rusia jauh dari kenyataan. Pelanggaran HAM di Uni Soviet terus menjadi masalah utama dalam hubungan AS-Soviet hingga 1980-an.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH HARI INI atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya