Bagikan:

JAKARTA - Angkatan udara Ukraina mengklaim berhasil menghancurkan satu lagi jembatan strategis lain di atas Sungai Seym di wilayah Kursk Rusia, yang membatasi kapasitas pasokan pasukan Rusia yang mencoba menghambat kemajuan Ukraina, kata komandan Ukraina pada Hari Minggu.

Kyiv mengatakan telah merebut lebih dari 80 permukiman di atas wilayah seluas 1.150 km persegi (444 mil persegi) di Kursk, sejak melancarkan serangan mendadak melintasi perbatasan pada 6 Agustus, invasi terbesar terhadap Rusia sejak Perang Dunia Kedua.

"Arah Kursk. Minus satu jembatan lagi! Penerbangan Angkatan Udara Ukraina terus merampas kemampuan logistik musuh dengan serangan udara presisi, yang secara signifikan memengaruhi jalannya permusuhan," kata Kepala Staf AU Ukraina Letnan Jenderal Mykola Oleshchuk di aplikasi perpesanan Telegram, melansir Reuters 19 Agustus.

Ia mengunggah video yang memperlihatkan awan yang membesar dari ledakan di sebuah jembatan dan salah satu bagiannya hancur. Reuters tidak dapat secara independen mengonfirmasi penghancuran jembatan atau situasi di medan perang di Kursk.

Jembatan itu adalah yang kedua diserang Ukraina sejak Jumat pekan lalu.

Sebelumnya, analis militer mengatakan ada tiga jembatan di area ofensif tentara Ukraina yang dilalui Rusia untuk memasok pasukannya, dengan dua di antaranya telah hancur atau rusak parah.

"Operasi kami di wilayah Kursk masih menimbulkan kerugian bagi tentara Rusia dan negara Rusia, industri pertahanan dan ekonomi mereka," kata Presiden Volodymyr Zelensky dalam pidato televisi malam hari.

Ia mengucapkan terima kasih kepada pasukan Ukraina yang terlibat dalam operasi Kursk dan di garis depan timur, meminta sekutu negara itu untuk mempercepat pengiriman bantuan militer yang dijanjikan.

"Mengenai pengiriman dari mitra kami - perlu percepatan, kami sangat meminta. Perang tidak mengenal hari libur," lanjut Presiden Zelensky.

Rusia sendiri menyebut serangan itu sebagai provokasi besar dan berjanji untuk membalas dengan "respons yang pantas," lebih dari 2 1/2 tahun sejak melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022 lalu.