Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan Israel telah memperkuat pertahanannya dalam beberapa hari terakhir, menyusul kemungkinan serangan Iran dan Hizbullah yang telah diantisipasi, mempersiapkan serangan potensial sebagai respons, atau tindakan pencegahan jika diperlukan.

"Kita berada di masa kewaspadaan dan kesiapan, ancaman dari Teheran dan Beirut mungkin terjadi dan penting untuk menjelaskan kepada semua orang bahwa kesiapan, kesiapsiagaan dan kewaspadaan, tidak sama dengan rasa takut dan panik," kata Menhan Gallant dalam pertemuan Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset, melansir The Times of Israel 12 Agustus.

"Dalam beberapa hari terakhir, kami telah mencurahkan waktu kami untuk memperkuat pertahanan dan menciptakan opsi ofensif sebagai respons, dan juga sebagai inisiatif jika diperlukan, di mana pun dan di wilayah mana pun, dengan tujuan utama adalah melindungi warga Negara Israel," tambahnya.

Dalam pertemuan itu Menhan Gallant mengatakan, ia mendukung kesepakatan soal sandera dengan Hamas, meskipun dilakukan dalam beberapa tahap.

"Merupakan tugas kami sebagai pengambil keputusan untuk berusaha mewujudkan pencapaian operasional, dan… menciptakan kondisi untuk memulangkan para sandera. Penciptaan kondisi tersebut dilakukan melalui tekanan militer, dan hal itu dapat menghasilkan kesepakatan untuk (membebaskan) para sandera, meskipun akan dilakukan dalam lebih dari satu tahap," katanya.

Diketahui, eskalasi di kawasan Timur Tengah meninggi, saat Iran dan proksinya diperkirakan akan melakukan serangan, setelah terbunuhnya Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh dan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr bulan lalu.

Haniyeh dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, pada tanggal 31 Juli, dalam serangan yang memicu ancaman balas dendam oleh Iran terhadap Israel. Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan tersebut. Israel belum mengaku bertanggung jawab.

Sementara, pembunuhan komandan militer senior kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran, Fuad Shukr, oleh Israel dalam sebuah serangan di Beirut, telah memicu kekhawatiran, konflik di Gaza, Palestina, berubah menjadi perang Timur Tengah yang lebih luas.