Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Qatar yang bertindak sebagai mediator dalam perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas menyatakan pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dapat membahayakan upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.

“Pembunuhan politik dan terus menargetkan warga sipil di Gaza sementara perundingan terus berlanjut membuat kita bertanya, bagaimana mediasi bisa berhasil ketika satu pihak membunuh negosiator di pihak lain?” tulis Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani di X.

“Perdamaian membutuhkan mitra yang serius dan sikap global yang menentang pengabaian terhadap kehidupan manusia,” sambungnya dilansir Reuters, Rabu, 31 Juli.

Qatar, Mesir dan Amerika Serikat telah berulang kali mencoba untuk menjamin gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas di Gaza, di mana pasukan Israel telah membunuh lebih dari 39.000 warga Palestina sejak pejuang pimpinan Hamas menyerang Israel pada Oktober 2023, menewaskan 1.200 orang.

Kesepakatan akhir untuk menghentikan perang yang telah berlangsung selama lebih dari sembilan bulan menjadi rumit karena perubahan yang diinginkan Israel, kata beberapa sumber kepada Reuters.

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dibunuh pada Rabu, 31 Juli, dini hari di Iran.

Peristiwa ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi yang lebih luas di wilayah yang diguncang oleh perang Israel di Gaza dan konflik yang memburuk di Lebanon.

Qatar mengutuk keras pembunuhan di Teheran, dan mengatakan ini adalah eskalasi yang berbahaya.