Bagikan:

JAKARTA - Rusia mengutuk pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Iran dan meminta semua pihak untuk menahan diri dari tindakan yang dapat membawa Timur Tengah ke dalam perang besar.

Haniyeh dari Hamas dibunuh pada Rabu, 31 Juli, dini hari di Iran, kata kelompok militan Palestina. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi yang lebih luas di wilayah yang diguncang oleh perang Israel di Gaza dan konflik yang memburuk di perbatasan Israel-Lebanon.

“Kami mengutuk keras pembunuhan kepala biro politik gerakan Hamas Palestina, Ismail Haniyeh, akibat serangan roket terhadap kediamannya di Teheran,” kata Andrei Nastasin, wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia kepada wartawan dilansir Reuters.

“Jelas bahwa penyelenggara pembunuhan politik ini menyadari konsekuensi berbahaya dari tindakan ini bagi seluruh wilayah,” sambungnya.

Rusia, kata dia, telah memperhatikan fakta pembunuhan itu terjadi di Iran.

“Kami mendesak semua pihak yang terlibat untuk menahan diri dan mengabaikan langkah apa pun yang dapat menyebabkan penurunan drastis situasi keamanan di kawasan dan memicu konfrontasi bersenjata skala besar,” kata Nastasin.

Rusia juga mengutuk serangan Israel di Lebanon yang menewaskan komandan paling senior Hizbullah dalam serangan udara di Beirut pada Selasa, 30 Juli malam.

“Kami mengutuk keras tindakan militer yang dilakukan Israel, yang merupakan pelanggaran berat terhadap kedaulatan Lebanon dan norma dasar hukum internasional,” kata Nastasin.

“Kami menyampaikan keprihatinan mendalam kami mengenai meningkatnya ancaman eskalasi tajam situasi di Timur Tengah dengan latar belakang ini,” imbuhnya.

Rusia, yang telah menjalin hubungan dekat dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan para pemimpin Arab seperti Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, telah berulang kali memarahi Barat karena mengabaikan perlunya negara Palestina merdeka sesuai perbatasan tahun 1967.