Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan ke Irak untuk membela diri, ketika ketegangan regional meningkat setelah serangan udara Israel di Beirut yang menurut Israel menewaskan komandan paling senior Hizbullah.

Dilansir Reuters, Rabu, 31 Juli, sumber-sumber polisi dan medis Irak mengatakan serangan di dalam pangkalan di selatan Baghdad yang digunakan oleh Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) Irak menewaskan empat anggota kelompok yang terdiri dari beberapa milisi bersenjata yang bersekutu dengan Iran, dan melukai empat lainnya.

Dalam pernyataan setelah serangan tersebut, PMF tidak melontarkan dugaan mengenai siapa yang bertanggung jawab.

Para pejabat AS, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan AS melancarkan serangan udara di Musayib, yang terletak di provinsi Babil.

Para pejabat mengatakan serangan itu menargetkan militan yang dianggap Amerika ingin meluncurkan pesawat tak berawak dan menimbulkan ancaman bagi pasukan Amerika dan koalisi.

Serangan itu ditujukan kepada militan yang dianggap Amerika ingin meluncurkan pesawat tak berawak dan menimbulkan ancaman bagi pasukan Amerika dan bersekongkol.

PMF yang beranggotakan 150.000 orang merupakan kelompok paramiliter Irak yang didukung negara, didominasi oleh kelompok-kelompok bersenjata lengkap dan tangguh dalam pertempuran yang setia kepada Iran dan memiliki hubungan dekat dengan Garda Revolusi Iran.

Irak, sekutu langka AS dan Iran yang menampung 2.500 tentara AS dan memiliki milisi dukungan Iran yang terhubung dengan pasukan keamanannya, menyaksikan peningkatan serangan balasan sejak perang Israel-Hamas meletus pada bulan Oktober.

Irak menginginkan pasukan dari koalisi militer pimpinan Amerika mulai menarik diri pada September dan secara resmi mengakhiri kerja koalisi pada September 2025.

Masalah ini sangat dipolitisasi, dengan sebagian besar faksi politik Irak yang berpihak pada Iran ingin menunjukkan mereka kembali mengusir negara yang pernah menduduki negara tersebut.

Sementara para pejabat AS ingin menghindari kemenangan bagi Iran dan sekutunya.

Pasukan pimpinan AS menginvasi Irak pada tahun 2003, menggulingkan mantan pemimpin Saddam Hussein dan kemudian mundur pada tahun 2011, kemudian kembali pada tahun 2014 untuk melawan ISIS sebagai pemimpin koalisi.