JAKARTA - Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun, menanggapi polemik wacana masa jabatan 3 periode Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, ada dua aspek baik internal dan eksternal yang mempengaruhi kemungkinan Jokowi bakal maju kembali di Pilpres 2024.
"Kalau dari aspek internal, mungkin saja saat ini tidak ada keinginan dari Jokowi untuk memperpanjang masa jabatannya lebih dari dua periode. Tetapi, yang saya khawatirkan ada pihak eksternal yang memaksa Presiden Jokowi untuk berpikir bahwa dia lah yang cocok untuk menjadi presiden lagi," ujar Refly dalam diskusi Polemik Trijaya bertajuk Misteri 2024 secara virtual, Sabtu 20 Maret.
Refly mencontohkan, aspek eksternal itu pernah terjadi pada masa pemerintahan Soekarno. Di mana saat itu, ada pihak-pihak yang menginginkan Soekarno menjadi presiden seumur hidup.
"Ketika Bung Karno yang sudah jelas konstitusi mengatakan bahwa masa jabatan hanya lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali, walaupun belum ada pembatasan masa jabatan, akhirnya para politisi menjadikan Soekarno sebagai presiden seumur hidup. Maka MPRS pun menetapkan presiden Soekarno menjadi presiden seumur hidup," jelas Refly.
BACA JUGA:
"Coba bayangkan konstitusinya, itu belum diubah tapi perilakunya sudah begitu," kata Refly.
Kemudian, pada masa Presiden Soeharto. Meski tidak ada pembatasan masa jabatan, tetapi tiga fraksi di MPR termasuk fraksi yang bukan Golkar kala itu mencalonkan Soeharto secara terus menerus menjadi presiden dengan calon tunggal.
"Jadi watak orang orang di sekitar kekuasaan atau orang-orang yang katakanlah relasi kekuasaan menikmati kekuasaan hari ini, atau tidak ingin mengubah konstelasi kekuasaan hari ini selalu berpikir bahwa siapa yang menjabat sekarang itulah yang dianggap terbaik. Padahal kan tidak begitu. Kita harus yakin kepada regenerasi republik ini kan," beber Refly.