Bagikan:

JAKARTA - Jerman kemungkinan bakal menerima lebih banyak rekrutan Ukraina untuk mengikuti pelatihan dasar tahun depan, jika Kyiv memindahkan sebagian pendidikan militer lanjutan kembali ke negaranya, kata seorang komandan pasukan Uni Eropa.

"Kami telah menerima lebih banyak permintaan pelatihan karena Ukraina terus melakukan mobilisasi, khususnya untuk pelatihan dasar yang sebagian besar dilakukan oleh Inggris," Letnan Jenderal Andreas Marlow, kepala komando pelatihan khusus Uni Eropa di dekat Berlin, mengatakan dalam sebuah wawancara pada Hari Kamis, melansir Reuters 27 Juni.

Hal ini kemungkinan akan memengaruhi pelatihan kolektif, yang melibatkan seluruh kompi atau batalion, yang sejauh ini dilakukan di Jerman dan yang mengikuti pelatihan dasar katanya.

Diketahui, Ukraina berada di bawah tekanan untuk memanggil lebih banyak pasukan, karena perang yang telah berlangsung selama 27 bulan terus berlanjut dan lebih sedikit sukarelawan yang mendaftar.

Kyiv ingin menangani lebih banyak pelatihan itu sendiri untuk menyederhanakan logistik dan memungkinkan pasukan tersedia di medan perang dalam waktu yang lebih singkat, katanya. Spanyol melakukan beberapa pelatihan untuk pasukan Ukraina, seperti halnya Polandia.

Komando Pelatihan Khusus (STC) pimpinan Letjen Marlow merupakan bagian dari misi militer Uni Eropa yang dibentuk pada tahun 2022, untuk melatih sekitar 60.000 tentara Ukraina dalam berbagai keterampilan hingga pertengahan November 2024, guna membantu memerangi invasi Rusia.

Di Jerman, instruktur dari 14 negara telah melatih pasukan untuk mengoperasikan tank atau sistem pertahanan udara seperti Patriot dan IRIS-T. Sementara penembak jitu, teknisi, paramedis dan operator pesawat nirawak mempelajari keterampilan mereka dan pakar TI diajarkan cara menangkis peretas.

Letjen Marlow mengatakan, dia tidak berharap pelatihan spesialis tersebut akan beralih ke Ukraina, karena memerlukan senjata dan infrastruktur tertentu, seperti simulator.

Kyiv berharap untuk memindahkan pelatihan kolektif kembali ke negaranya sebagian, karena pengajaran doktrin operasional lebih mudah dilakukan oleh orang Ukraina, untuk mempercepat pengerahan pasukan baru, katanya.

"Kyiv akan memiliki pasukan siap pakai yang jauh lebih cepat tersedia daripada jika mereka mengikuti pelatihan di Jerman atau Spanyol," katanya.

Letjen Marlow mengatakan, tidak perlu terburu-buru menarik tentara yang telah menyelesaikan pelatihan dasar, di mana para rekrutan belajar cara menangani senapan serbu atau memberikan pertolongan pertama, selama keadaan darurat, "karena mereka belum sepenuhnya siap beraksi."

Pelatihan dasar di Jerman biasanya berlangsung selama tiga bulan, tetapi telah dipersingkat menjadi enam minggu bagi warga Ukraina karena perang.

Upaya Kyiv untuk memindahkan pelatihan kembali ke Ukraina dapat memicu diskusi di antara sekutu NATO, seperti Prancis dan Lithuania, untuk mengirim pelatih militer ke sana.