Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius menegaskan kembali penolakannya dalam mengirimkan rudal jelajah Taurus ke Ukraina.

"Kami masih memandang bahwa ini bukan prioritas utama kami saat ini," kata kantor berita Jerman DPA, mengutip Pistorius saat mengunjungi kota Bad Reichenhall di Jerman selatan dilansir ANTARA, Jumat, 4 Agustus.

“Kami bukan satu-satunya (negara) yang tidak mengirimkan (rudal jelajah). Sekutu kami, Amerika Serikat, juga tidak memasok rudal jelajah ini. Rudal milik kami memiliki jangkauan khusus," sambungnya.

Ukraina mendesak Jerman agar mengirimkan rudal jelajah Taurus agar bisa menyerang angkatan bersenjata Rusia jauh di gari belakangnya.

Namun, pemerintah Jerman enggan memenuhi permintaan tersebut karena rudal jenis itu bisa mencapai  wilayah Rusia.

Kendati begitu, Pistorius tidak menutup kemungkinan Jerman akan mengirimkan senjata yang dibutuhkan Ukraina itu   suatu saat  nanti, tetapi tidak untuk saat ini.

Jerman adalah negara yang paling banyak membantu Ukraina dalam aspek pertahanan udara, dukungan pelatihan, dan kendaraan lapis baja, kata Pistorius.

“Ini prioritas utama kami, kompetensi inti kami. Oleh karena itu, kami saat ini memandang tak ada kebutuhan mendesak untuk memenuhi permintaan lain," tambahnya.

Meski Pistorius menolak, sejumlah mitra koalisi pemerintahan  Jerman memiliki pandangan lain.

Marcus Faber yang merupakan pakar pertahanan dan anggota parlemen dari Partai Demokrat Bebas (FDP) yang berkoalisi dengan pemerintah, baru-baru ini menyeru Jerman mengirimkan rudal jenis itu ke Ukraina.

Menurut Faber, saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengirimkan rudal jelajah karena lambannya serangan balasan Ukraina.

Dia menilai rudal Taurus  bisa membantu mengganggu rantai logistik tentara Rusia yang kemudian bisa mengganggu pasokan amunisinya.

Bulan lalu, Jerman mengumumkan rencana memasok Ukraina senjata dan amunisi yang lebih banyak sampai senilai hampir 700 juta euro (Rp10 triliun).

Paket bantuan itu mencakup dua peluncur rudal Patriot dari arsenal militer Jerman, dan 70 kendaraan tempur lapis baja, termasuk 40 kendaraan tempur infanteri Marder.

Peluru artileri dan pengintaian serta aset pertahanan drone juga akan disediakan.

Total, ada 31 item barang yang akan dikirimkan, yang beberapa di antaranya diambil dari inventaris militer Jerman.

Pemerintah Jerman tahun lalu juga menyetujui ekspor senjata senilai total 2,2 miliar euro (Rp36,6 triliun) ke Ukraina.

Pada paruh pertama tahun ini, ekspor Jerman ke Ukraina bernilai 1,65 miliar euro (Rp27,45 triliun).

Sejak Mei 2022, sudah  lebih dari 3.500 tentara Ukraina dilatih mengoperasikan berbagai sistem senjata di Jerman.