JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan Ukraina harus diizinkan menggunakan senjata Prancis, termasuk rudal jarak jauh, terhadap sasaran di wilayah Rusia tempat Moskow menyerang Ukraina.
“Kami pikir kami harus mengizinkan mereka untuk menetralisir lokasi militer tempat rudal ditembakkan dan, pada dasarnya, lokasi militer tempat Ukraina diserang,” kata Macron saat konferensi pers dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Brandenburg, Jerman dilansir CNN, Rabu, 29 Mei
“Tanah Ukraina diserang dari pangkalan-pangkalan di Rusia. Jadi bagaimana kami menjelaskan kepada warga Ukraina bahwa kami harus melindungi kota-kota ini… jika kami memberi tahu mereka bahwa Anda tidak diperbolehkan mencapai titik di mana rudal ditembakkan?”
Prancis dilaporkan telah memasok rudal jelajah SCALP kepada Ukraina dalam jumlah yang tidak diketahui, menurut situs web Kementerian Pertahanan Prancis.
BACA JUGA:
Rudal SCALP memiliki jangkauan hingga 155 kilometer (96 mil) dan membawa hulu ledak penetrasi berdaya ledak tinggi seberat 400 kilogram (881 pon), menurut proyek Ancaman Rudal di Pusat Studi Strategis dan Internasional.
Sementara itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz menyatakan setuju dengan Presiden Macron, selama Ukraina menghormati persyaratan yang diberikan oleh negara-negara pemasok senjata, termasuk Amerika Serikat dan hukum internasional, Ukraina diperbolehkan untuk mempertahankan diri.
"Ukraina mempunyai segala kemungkinan berdasarkan hukum internasional atas apa yang dilakukannya. Hal itu harus diungkapkan secara eksplisit," ujar Kanselir Scholz.
"Saya merasa aneh ketika beberapa orang berpendapat bahwa mereka tidak boleh dibiarkan membela diri dan mengambil tindakan yang sesuai untuk hal ini," tambahnya.