JAKARTA - Indonesia mengapresiasi keputusan Slovenia mengakui Negara Palestina, serta konsistensi dalam menghormati hukum internasional dan Piagam PBB, kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.
Itu disampaikan Menlu Retno saat menemui Menlu Slovenia Tanja Falon dalam kunjungan kerja ke ibu kota Ljubljana selama dua hari pada 26-27 Juni. Menjadi negara anggota PBB ke-145 dan anggota Uni Eropa ke-10 yang mengakui Negara Palestina, Menlu Retno menyampaikan apresiasi Indonesia secara langsung kepada Menlu Falon.
"Saya sangat apresiasi Slovenia telah memutuskan untuk berada pada sisi sejarah yang benar. Hal ini menunjukkan kepemimpinan dan konsistensi Slovenia dalam menghormati hukum internasional dan
Piagam PBB, termasuk untuk kasus Palestina," kata Menlu Retno dalam keterangan Kementerian Luar Negeri RI, Kamis 27 Juni.
Menlu Retno mengatakan, Slovenia secara konsisten menyerukan pentingnya gencatan senjata dan kelancaran pemberian bantuan kemanusiaan. Dikatakan, Slovenia secara konsisten mendukung kerja badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA).
Sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Slovenia selalu memberikan vote 'YES' dalam berbagai kesempatan pemungutan suara mengenai Palestina, lanjut Menlu Retno.
"Slovenia juga memutuskan memberikan advisory opinion di ICJ dan menjadi satu dari sedikit negara anggota Uni Eropa yang mengambil langkah ini. Indonesia juga telah memberikan advisory opinion, baik tertulis maupun oral di depan ICJ," jelasnya.
Lebih jauh Menlu Retno mengatakan, selain sepakat bekerja sama mengupayakan perdamaian dan memperjuangkan hak-hak Palestina dalam pertemuan bilateral, kedua menteri luar negeri juga fokus pada upaya peningkatan kerja sama, utamanya ekonomi, di mana tren perdagangan dan investasi kedua negara terus mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir.
Kendati dari segi populasi jumlah penduduk kecil, Slovenia memiliki Pelabuhan Koper yang dapat dijadikan alternatif bagi masuknya barang Indonesia ke Eropa tengah dan timur, kata Menlu Retno, seraya menambahkan pengusaha-pengusaha Indonesia juga mulai melakukan kontak bisnis dengan Slovenia.
"Kalau kita lihat angka perdagangan dua negara, maka Indonesia alami surplus yang sangat besar. Sebagian besar ekspor Indonesia ke Slovenia adalah batu bara," ujar Menlu Retno.
"Dalam pertemuan, kita bahas upaya diversifikasi perdagangan, termasuk di luar commodity-based, seperti kertas, alas kaki, fiber buatan, mesin elektronik, apparel, plastik, buku cetak, kapas dan kendaraan bermotor," tandasnya.
Menlu Retno mengatakan, pertemuan juga membahas upaya untuk mempercepat perundingan Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership, karena kita yakin Indonesia-EU CEPA ini akan membuka pintu yang lebih lebar bagi upaya peningkatan hubungan perdagangan dan investasi.
"Saya juga mengundang Slovenia, khususnya para pemain bisnisnya, untuk hadir dalam '2nd Indonesia-Europe Business Forum (IEBF)' di Jakarta pada 7-8 Oktober, serta 'Trade Expo Indonesia (TEI)' pada 9-12 Oktober," jelas Menlu Retno.
BACA JUGA:
Menlu Retno menambahkan, ini adalah kunjungan pertama Menteri Luar Negeri RI setelah 21 tahun yang lalu, saat Menlu Hassa Wirajuda mengunjungi Slovenia tahun 2003.
Menlu Falon sendiri mengunjungi Indonesia pada Bulai Mei Tahun lalu. Sebelumnya, Menlu Slovenia mengunjungi Indonesia pada tahun 2006.
"Singkat kata, Slovenia and Indonesia berusaha untuk menyambung kembali, reconnect hubungan bilateralnya. Tidak saja reconnect tetapi juga bertekad untuk memperkuatnya," kata Menlu Retno.