JAKARTA - Pendukung Kongres Luar Biasa (KLB) yang juga mantan Kepala Kantor Demokrat, Muhammad Rahmat, menyatakan bahwa masuknya Kepala Staf Presiden KSP Moeldoko ke partai Demokrat sama halnya dengan Susilo Bambang Yudhoyono menginjakkan kaki ke partai berlogo bintang mercy itu pada 2003 lalu.
"Sama-sama bukan kader partai," ujar Rahmad saat konferensi pers di kawasan Kuningan, Jakarta, Selasa, 9 Maret.
Rahmad mencontohkan, para kepala daerah yang diusung oleh Partai Demokrat. Dimana saat terpilih, mereka diberikan jabatan penting di kepengurusan partai.
"Berapa banyak bupati dan walikota, gubernur diseluruh Indonesia ketika sudah jadi gubernur, ketika sudah jadi bupati, ketika sudah jadi walikota masuk menjadi ketua bidang partai Demokrat. Mereka sebelumnya bukan kader PD dan itu kita tahu persis," jelas Rahmad.
Hal itu dilakukan, sambung dia, lantaran Partai Demokrat merupakan partai yang modern dan terbuka. Sehingga tidak menutup pintu bagi siapapun putra putri bangsa yang ingin menjadi pemimpin dari partai tersebut.
BACA JUGA:
Sehingga apa yang dilakukan KLB saat ini, kata Rahmad, juga pernah dilaksanakan oleh SBY. Yakni, dengan menunjuk putra sulungnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai calon kepala daerah sekaligus ketua Kogasma. Padahal, menurut Rahmad, AHY bukan lah kader partai.
"Sama halnya dengan pak SBY ketika AHY berpangkat mayor bertugas di Australia, tugas negara, dipanggil pulang disuruh keluar dari TNI masuk melamar jadi Cagub DKI dan jadi kader Partai Demokrat. Itu kan sama halnya," beber Rahmad.
Karena itu, Rahmad menegaskan bahwa penunjukkan Moeldoko menjadi ketua umum Partai Demokrat sebagai hasil KLB Deli Serdang adalah wajar. Karena SBY pernah bersikap demikian.
"Apa yang dilakukan SBY adalah sama dengan yang kami lakukan. Jadi ketika SBY membolak-balikkan fakta ini lucu dan aneh," kata Rahmat.