Bagikan:

TANGERANG - Salah satu saksi dalam insiden pemukulan di Jalan Ampera Poncol, Setu, Tangerang Selatan inisial LE mengaku, ada teriakan kasar dan penuh makian kala dirinya dan rekannya tengah berdoa Rosario. 

Si pelaku berteriak agar mereka segera menghentikan ibadah. “Lagi doa. Terus dia (warga) ngomong apa kurang dengar. Karena di dalam. Terus kami selesai Doa, dia ngomong ‘Bang***, Anj*** To***, jangan ibadah disini’” kata LE saat ditemui di lokasi, Senin, 6 Mei.

Mendengar teriakan kasar itu, saksi dan rekan-rekannya langsung ke luar dari kontrakan kemudian menghampiri warga yang menegurnya.

“Sejak saat itu, semaunya langsung kaget. Doa langsung berhenti. Pak RT bilang jangan ibadah disini, ibadah di gereja. Tidak dizinkan ibadah,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua RW 02 bernama Marat mengatakan, penyebab kerusuahan itu lantaran salah satu warganya terkena pukulan dari kelompok yang beribadah.

“Warga saya juga dipukul duluan,” kata Marat saat ditemui di lokasi, Senin, 6 Mei.

Ia menceritakan peristiwa itu bermula saat penghuni kontrakan itu tengah melakukan berdoa Rosario.

Karena dinilai suara ibadahnya yang terlalu keras dan sudah larut malam, sehingga salah satu warga menghampiri tempat itu untuk menegurnya kelompok tersebut.

Lanjutnya, penghuni kontrakan itu tidak terima ditegur, sehingga memukul warga yang mendatangi kontrakan tersebut.

“Kebetulan mungkin pas semalem beribadah nah yang tangannya satu (pria disabilitas) datang kan ngeliat RT dan datang kang dia tujuannya membantu RT Bukan ngusir tapi memang sudah malem,” katanya.

“(Ternyata) Dia dipukul duluan makanya emosi. Dia engga terima. Ada satu orang setahu saya yang memang kena,” sambungnya.

Melihat pria disabilitas ini dipukul kelompok yang beribadah itu, sehingga warga lain yang tak jauh dari lokasi membantu. Alhasil terjadi bentrokan antara kelompok yang tengah berdoa itu dengan warga sekitar.

“Dan warga lain melihat ada 3 orang yang datang gak terima karena mereka kenal. Karena banyak warga disitu bukan mereka menyerang tapi nonton,” ujarnya.

Marat juga mengakui kalau ada warga yang mengambil pisau dapur karena tersulut emosi. Ia menegaskan, pisau tersebut tidak disiapkan tetapi reaksi karena terbakar emosi.