JAKARTA - Kasubbag Tata Usaha Kantor Kemenag Tangerang Selatan Asep Azis Nasser bicara soal volume suara, tenggang rasa dan pemilihan jam usai insiden pemukulan mahasiswa yang menggelar Doa Rosario di rumah kontrakan, Jalan Ampera Poncol Setu, Tangerang Selatan, Minggu, 5 Mei.
"Kita ingin meluruskan berita-berita yang beredar bahwa ini bener enggak sih berita terkait adanya penolakan beragama? Kan ini kegiatannya baik sebetulnnya, hanya yang tinggal itu masalahnnya tenggang rasa, pemilihan jamnya, kegiatan berlangsung, suara diatur sedemikian rupa, kemudian kita juga harus paham sedekat apa, antara lokasi kegiatan disekitarnya. Dan sekitarnya orang beragama apa? Jadi tenggangrasa ini," jelasnya di sekitar wilayah perkara, Tangsel, Senin, 6 Mei.
Ia menegaskan, boleh-boleh saja setiap penganut agama melakukan ibadah di rumah. Masalahnya, kegiatan agama yang berdekatan dengan masyarakat maka volume suara dan sebagainya harus diatur.
"Apalagi sudah lumayan malan waktunya. Sama halnya dengan menteri agama kita mengingatkan orang-orang Islam yang menggunakan toa di masjid, pengeras suara, boleh adzan, pengajian. Tapi harus lihat sekitarnya, berdekatan tidak dengan beragama lain. Tetangga tidak dengan agama lain, terganggu tidak dengan istriahat mereka," ucapnya.
Kemenag, tokoh masyarakat, organisasi keagamaan sudah berkumpul dan membahas insiden ini. Ia memastikan Tangsel merupakan rumah bagi semua pemeluk agama.
BACA JUGA:
"Tapi Allhamulillah, semuanya sudah. Saling menghargai dan tokoh masyarakat, para kyai sudah kumpulkan, semuanya mendukung. Ini luar biasa. Dan mudah-mudahan ini menjadi terakhir lah, ada kejadian seperti ini di Tangsel," tegasnya.