Di Jepang, Warga Bisa Beli Alat Tes PCR di Mesin Penjual Otomatis
Ilustrasi. (Unsplash/@john_cameron)

Bagikan:

JAKARTA - Di Jepang, kenyamanan adalah nomor satu bagi konsumen. Hal ini mendapat ujian saat pandemi COVID-19 melanda. Sebagai solusi instan, penjualan melalui mesin penjual otomatis (vending machine) pun meningkat.

Dalam kondisi normal, mesin penjual otomatis sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Jepang. Hasil studi salah satu kelompok perdagangan, Jepang memiliki sekita 4,1 juta mesin penjual otomatis.

Mesin penjual otomatis pula yang dilirik warga Jepang sebagai alternatif untuk mendapatkan perangkat tes polymerase chain reaction (PCR). Ya, tes PCR yang banyak diburu warga Jepang, membuat pemerintah setempat melakukan pembatasan

Dalam sehari, pemerintah hanya mengizinkan 40 ribu tes PCR, seperempat dari kapasitas yang bisa dilakukan. Pembatasan dilakukan, dengan prioritas untuk orang-orang yang cukup bergejala atau memiliki kemungkinan tinggi untuk terinfeksi.

Itu membuat publik sangat bergantung pada klinik swasta atau membeli tes PCR dengan cara lain.

Direktur Klinik Hidung dan Tenggorokan Laketown TakenokoHideki Takemura mengatakan, mesin penjual yang menjual alat uji, menawarkan konsumen pilihan untuk menghindari klinik yang ramai atau harus menunggu janji. Klinik tersebut telah memasang tujuh mesin di wilayah Tokyo yang lebih besar.

"Jepang melakukan tes PCR dalam jumlah yang sangat rendah dan akibatnya semakin banyak orang tidak tahu apakah mereka flu atau virus corona," kata Takemura kepada Reuters

“Tanpa tes PCR, tidak ada diagnosis yang mungkin dan saya benar-benar merasa kami harus berbuat lebih banyak agar orang dapat didiagnosis lebih awal dan mengisolasi lebih awal,” sambungnya.

Takemura mengatakan, saat pertama kali diluncurkan, mesin-mesin penjual perangkat tes PCR diserbu warga Jepang. Bahkan, pihaknya sampai harus mengosongkan uang di sejumlah mesin dua kali dalam sehari.  

Permintaan sejak itu agak surut ketika gelombang ketiga COVID-19 kasus mereda di tengah keadaan darurat. Kasus baru di Tokyo rata-rata sekitar 250 selama tujuh hari terakhir dibandingkan dengan beberapa hari lebih dari 2.000 pada awal Januari.

Setiap mesin penjual otomatis menampung sekitar 60 alat uji yang dijual seharga 4.500 yen ($ 40). Pelanggan kemudian mengirimkan sampel air liur untuk diproses.

“Sebagai tenaga medis, saya akan sangat senang jika jumlah tes menurun seiring dengan kasusnya,” tukasnya Takemura.

Selain mesin penjual otomatis, tes PCR semakin tersedia untuk umum melalui penjualan di toko obat atau melalui internet.