JAKARTA - Pusat perbelanjaan di Kovan, Singapura barangkali bukan tempat yang tepat untuk berbelanja salmon atau daging sapi wagyu. Tapi di sinilah kita bisa mendapatkannya. Dengan cara tak lazim karena salmon dan sapi dijual lewat mesin penjual otomatis.
Mesin penjual otomatis kini sedang ngetren di Singapura. Bukan hal lumrah lagi. Mesin penjual roti otomatis pertama kali diperkenalkan tahun 2014.
Tak cuma daging wagyu dan salmon. Mesin itu juga menyediakan roti, pastel, pizza dan jus jeruk peras segar, hingga masakan favorit penduduk setempat yang harganya berkisar 60 dolar Singapura: kepiting cabai masak.
Meski begitu, minuman dan kudapan ringan masih mendominasi, dengan keragaman yang makin banyak. Sebuah perusahaan telah mendirikan jaringan kafe yang menyajikan hidangan lokal hangat dari mesin.
Ada juga toko serba yang menjual segala sesuatu mulai dari plester hingga kacang panggang dari mesin. Sebuah perusahaan retail lokal memiliki mesin penjual buku, sementara perusahaan lain menjual kaktus.
Perusahaan riset pasar, Euromonitor mendata pendapatan mesin penjual otomatis di Singapura tumbuh sekitar 15 persen, dari 91 juta dolar Singapura (Rp965 miliar) pada 2014 menjadi 104,5 juta dolar Singapura (Rp1,1 triliun) pada 2019.
Kenapa Singapura?
Tahun 2020 diperkirakan jadi tahun yang buruk akibat pandemi. Namun pertumbuhan pendapatan diperkirakan akan berlanjut tahun ini.
Dikutip BBC, Minggu, 21 Februari, Direktur pengelola Salmon Norwegia Manish Kumar mengatakan mesin penjual otomatis merupakan ceruk penting bisnis. Ia memiliki ruang khusus dalam ekosistem bisnis.
Mervin Tham, salah satu pendiri EasyMeat, perusahaan yang menjual daging wagyu, berpendapat keragaman produk yang dijual oleh mesin penjual otomatis berkembang karena hampir tak ada hambatan dalam bisnis.
"Ini adalah cara yang mudah untuk menguji suatu produk, terutama jika Anda memulai bisnis sendiri. Dan umumnya ada minat terhadap budaya ritel otomatis yang Anda lihat di luar negeri, seperti di Jepang," katanya.