JAKARTA - Beberapa tujuan wisata paling populer di dunia berisiko lenyap sama sekali pada akhir abad ini, jika permukaan laut terus naik dengan kecepatan saat ini. Laporan Panel Antarpemerintah PBB tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyebut, permukaan laut akan naik 25 persen dan menyebabkan kekhawatiran pada tahuun 2100.
Perubahan sebesar ini akan menggusur lebih dari 600 juta orang menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Nature Communications pada 2019. Penelitian yang sama juga menemukan bahwa tanah yang dihuni 300 juta orang kemungkinan besar akan banjir setiap tahun pada tahun 2050.
Banyak lokasi yang paling berisiko adalah tujuan wisata, dengan perekonomian yang sangat bergantung pada sektor perjalanan. Negara Berkembang Pulau Kecil (SIDS) seperti Fiji, Palau, Seychelles, dan Maladewa adalah yang paling rentan, karena dataran rendahnya. Penduduk negara-negara ini sudah menghadapi kenyataan, bahwa mereka mungkin akan segera terlantar dan perlu bermigrasi ke dataran yang lebih tinggi.
Meskipun lokasi wisata utama lainnya tidak mungkin sepenuhnya hilang, banjir ekstrem dapat menjadi kejadian biasa di kota-kota besar seperti Amsterdam, Tokyo, Cape Town, dan New York, dan banyak lagi.
Kenaikan permukaan laut sebesar satu meter mungkin tidak terlihat sebagai jumlah yang signifikan, tetapi hal itu akan memiliki efek yang menghancurkan baik bagi masyarakat maupun perekonomian. Berikut destinasi wisata favorit yang terancam tenggelam akibat naiknya permukaan laut, melansir Euronews.
Venesia, Italia
Umumnya dikenal sebagai 'kota air', Venesia sudah merasakan dampak perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut - dengan banjir pada tahun 2019 yang menyebabkan kerusakan sekitar 1 miliar euro.
Kota di Italia itu tenggelam lagi pada Juni tahun lalu dan para ilmuwan memperkirakan bahwa 'kota terapung' akan mengalami banjir ekstrem setiap lima tahun pada tahun 2050 dan setiap lima bulan pada tahun 2100.
Maladewa
Sebagian besar wilayah daratan di Maladewa sudah kurang dari satu meter di atas permukaan laut, yang berarti negara kepulauan tersebut sangat rentan terhadap pasang surut air laut.
Diperkirakan bahwa lebih dari tiga perempat negara akan berada di bawah air pada tahun 2100 dengan laju kenaikan permukaan laut saat ini. Selain sangat memengaruhi kehidupan banyak orang Maladewa, hal ini hampir pasti juga akan mendatangkan malapetaka pada industri pariwisata, yang saat ini menyumbang dua pertiga dari PDB Maladewa.
New York, AS
Saat ini berisi populasi terbesar yang tinggal di dalam dataran banjir, 'Big Apple' berpotensi menjadi tempat tinggal yang berbahaya. Permukaan laut di sini diperkirakan akan naik sebanyak 1,8 meter pada tahun 2100.
Diperkirakan puluhan ribu orang dapat mengungsi, terutama di daerah dataran rendah kota seperti Brooklyn dan Queens, akibat bencana alam ini.
Hong Kong, China
Sekitar 56 juta wisatawan mengunjungi kota metropolitan Hong Kong yang ramai setiap tahun. Namun, diperkirakan kota pesisir ini akan menghadapi kenaikan permukaan laut antara 0,6-1,3 m pada tahun 2100.
Meningkatnya kemungkinan banjir ekstrim akan berdampak buruk pada 8,4 juta penduduknya, yang tinggal di daerah dataran rendah. Kerusakan industri pariwisata dan kawasan keuangannya yang terkenal di dunia bisa menjadi bencana besar.
BACA JUGA:
Dubai, Uni Emirat Arab
Permukaan laut naik hingga tiga meter, bisa membuat kota emirat tersebut terancam kehilangan banyak infrastrukturnya. Jika permukaan laut naik hingga sembilan meter, Dubai bisa sepenuhnya tenggelam, menjadikannya infrastruktur rumit yang berumur paling pendek dalam sejarah manusia.