JAKARTA - Pejabat militer senior aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menjanjikan Ukraina akan selalu mendapat dukungan blok itu, lantaran hasil perang di sana dinilai menentukan nasib dunia, saat membuka pertemuan dua para kepala pertahanan mereka di Brussels, Belgia.
Tak hanya itu, pejabat tersebut juga meminta aktor-aktor publik dan swasta di Barat untuk bersiap menghadapi era di mana apa pun bisa terjadi kapan saja, termasuk berperang.
"Kita memerlukan transformasi perang NATO," kata Ketua Komite Militer NATO Laksamana Rob Bauer, melansir Reuters 17 Januari.
Lebih jauh dikatakannya, di masa lalu, pemerintah dan perusahaan NATO hidup di era di mana segala sesuatunya berlimpah, dapat diperkirakan, dapat dikendalikan, dan fokus pada efisiensi.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, mereka harus menyesuaikan pemikiran mereka dengan "era di mana segala sesuatu dapat terjadi kapan saja, sebuah era di mana kita perlu mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga, sebuah era di mana kita perlu fokus pada efektivitas untuk mencapai tujuan kita menjadi efektif sepenuhnya," katanya.
Pernyataan perwira tinggi militer asal Belanda muncul pada saat bantuan militer tertahan atau dibatasi akibat pertikaian politik di Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Meski demikian, Laksamana Bauer menjanjikan bantuan berkelanjutan NATO untuk Ukraina.
"Ukraina akan mendapat dukungan kami setiap hari di masa depan, karena hasil perang ini akan menentukan nasib dunia," ujar Laksamana Bauer.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Hari Selasa memperingatkan, keraguan Barat dalam mendukung Kyiv dan ketakutan akan peningkatan perang dengan Rusia, dapat memperpanjang pertempuran selama bertahun-tahun.
Pekan lalu, Kanselir Jerman Olaf Scholz mencaci-maki sekutu-sekutu Uni Eropa atas apa yang ia sebut sebagai kurangnya dukungan mereka terhadap Kyiv, mendesak mereka untuk meningkatkan upaya mereka.
BACA JUGA:
Pada saat yang sama, ia mengatakan dirinya yakin blok tersebut akan menyetujui usulan paket bantuan sebesar 50 miliar euro untuk Kyiv pada pertemuan puncak darurat mendatang pada 1 Februari.
Diketahui, Uni Eropa gagal menyetujui kesepakatan tersebut pada pertemuan puncak aliansi tersebut pada Bulan Desember, karena adanya oposisi dari Hongaria.