Kecam Kudeta, Sekjen PBB Tekan Militer Myanmar Segera Lakukan 5 Hal Ini
Unjuk rasa warga Myanmar menolak rezim militer. (Twitter/@David_Khaing_)

Bagikan:

JAKARTA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hari ini kembali menggelar pertemuan rutin Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang diadakan di Jenewa, Swiss. Dalam kesempatan ini, Sekjen PBB Antonio Guterres mengecam dan menyayangkan apa yang terjadi di Myanmar.

Di hadapan anggota Dewan HAM PBB, Guterres mengatakan apa yang terjadi di Myanmar saat ini sangat buruk, sehingga harus segera dihentikan. Terlebih, sepanjang akhir pekan lalu militer meningkatkan aksi represifnya terhadap pengunjuk rasa.

“Kami melihat melemahnya demokrasi, penggunaan kekuatan brutal, penangkapan sewenang-wenang, penindasan dalam semua manifestasinya. Pembatasan ruang sipil. Serangan terhadap masyarakat sipil. Pelanggaran serius terhadap minoritas tanpa akuntabilitas, termasuk apa yang disebut pembersihan etnis dari populasi Rohingya. Daftarnya terus berlanjut," papar Sekjen PBB melansir Reuters.

“Hari ini, saya meminta militer Myanmar untuk segera menghentikan penindasan, bebaskan para tahanan, akhiri kekerasan, hormati hak asasi manusia, dan keinginan orang-orang yang diungkapkan dalam (hasil) pemilihan baru-baru ini," tegasnya.

Jutaan warga warga Myanmar Hari Senin ini turun ke jalan sambil melakukan aksi mogok nasional, sebagai bentuk penolakan terhadap kudeta militer Myanmar, sekaligus perlawanan atas kekerasan yang dilakukan rezim terhadap para pengunjuk rasa, terutama sepekan terakhir. 

Selain menyebabkan ratusan orang luka-luka, sejauh ini sudah empat orang tewas sepanjang akhir pekan lalu. Pada Jumat 19 Februari Ma Mya Thwet Thwet Khine, mahasiswi pengunjuk tewas setelah dirawat selama sepuluh hari, akibat tembakan peluru tajam di kepalanya.  

Kemudian, pada Sabtu 20 Januari sore dua orang tewas tertembak di bagian kepala dan dada, setelah aparat keamanan menyerbu galangan kapal di Kotapraja Maha Aung Myay, untuk membubarkan aksi unjuk rasa atau pembangkangan nasional (CDM) oleh pekerja galangan kapal. 

Dan terbaru, pada Sabtu tengah malah jelang Minggu 21 Februari dinihari, seorang warga sipil yang melakukan ronda malam di wilayah tempat tinggalnya di kawasan Kotapraja Shwe Pyithar, Yangon, disebut tewas ditembak polisi saat memeriksa sebuah van mencurigakan.