Kudeta Militer Myanmar, Satu Lagi Warga Sipil Tewas Tertembak
Unjuk rasa anti kudeta militer Myanmar (Twitter/@CubaconAmalia)

Bagikan:

JAKARTA - Kudeta Militer Myanmar kembali meminta korban jiwa. Kali ini seorang warga sipil penjaga lingkungan, tewas di tembak pada jelang Minggu dinihari waktu setempat di Yangon.

Melansir The Irrawaddy, pria ini merupakan bagian dari kelompok sipil yang berjaga di wilayah tempat tinggalnya saat pemberlakuan jam malam. Seperti diberitakan sebelumnya, warga menggelar penjagaan atau ronda malam, lantaran seminggu terakhir banyak orang-orang misterius yang berkeliaran pada jam malam.

Tanpa alasan yang jelas dan dibiarkan oleh aparat keamanan, orang-orang ini dicurigai sebagai kelompok preman yang dibebaskan oleh rezim militer dari tahanan dan sengaja untuk membuat keresahan dan kerusuhan. Selain merusak, membakar rumah dan menyerang di beberapa wilayah, mereka juga 'menyamar' sebagai biksu namun melakukan perusakan di beberapa wilayah.

Pria yang tewas disebut tengah menanyakan sebuah mobil van yang berkeliaran saat jam malam dan mencurigakan di kawasan Kotapraja Shwe Pyithar, Yangon. Ia disebut ditembak oleh polisi lantaran menghentikan mobil van tersebut. 

Ini merupakan korban tewas keempat selama berlangsungnya kudeta militer Myanmar. Sebelumnya, seorang gadis bernama Ma Mya Thwet Thwet Khine (atau Ma Mya Thwate Thwate Khaing) tewas pada Jumat 19 Februari, setelah sempat mendapat perawatan selama 10 hari setelah tertembak di bagian kepala.

Kemudian, pada Sabtu 20 Januari sore dua orang tewas tertembak di bagian kepala dan dada, setelah aparat keamanan menyerbu galangan kapal di Kotapraja Maha Aung Myay, untuk membubarkan aksi unjuk rasa atau pembangkangan nasional (CDM) oleh pekerja galangan kapal. 

U Than Myat Soe, kepala eksekutif Kanaung Institute, sebuah organisasi non-pemerintah berbasis di Mandalay yang bekerja untuk mempromosikan demokrasi dan partisipasi publik dalam pemerintahan, mengatakan kepada The Irrawaddy, bahwa empat pria ditembak dengan senapan angin. Salah satunya dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis setelah paru-parunya ditembus peluru timah yang ditembakkan dari senapan angin.

“Mereka (pasukan keamanan) bertindak (tanpa hukum) dalam menindak demonstrasi anti-kudeta. Junta militer sekarang melakukan kasus kriminal,” tegasnya.

Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP) mengatakan,  rezim militer juga telah menangkap pengunjuk rasa anti kudeta setiap hari.

Hingga Sabtu, 569 orang termasuk pejabat, pemimpin dan anggota parlemen dari Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), aktivis politik, seniman, biksu, penulis, pengunjuk rasa anti-kudeta dan staf pemerintah yang terlibat dalam CDM telah ditangkap.

“Rezim militer harus berhenti melakukan kekerasan terhadap orang-orang,” tukas anggota AAP Ko Aung Myo Kyaw.