Bagikan:

JAKARTA - Presiden Iran Ebrahim Raisi mendesak pemboman di Gaza segera dihentikan, lantaran apa yang terjadi di wilayah kantong Palestina tersebut menjadi masalah seluruh umat manusia, bukan hanya Timur Tengah, saat bertemu dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin di Moskow.

Pertemuan kedua pemimpin dilakukan usai Presiden Putin mengunjungi Uni Emirat Arab dan Arab Saudi, membahas perang di Gaza dan Ukraina serta upaya Rusia dan OPEC untuk mendongkrak harga minyak.

Presiden Raisi mengatakan, situasi di Jalur Gaza merupakan masalah bagi seluruh umat manusia, bukan hanya di Timur Tengah.

"Pemboman (di Gaza) harus dihentikan sesegera mungkin," kata Presiden Iran, melansir TASS 8 Desember.

"Saat ini, hal ini menimbulkan tantangan tidak hanya bagi kawasan kita tetapi juga bagi seluruh umat manusia," lanjut Presiden Raisi.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, pertemuan kedua pemimpin yang membahas berbagai masalah internasional, bilateral, hingga konflik Hamas-Israel di Gaza itu berlangsung selama lima jam.

"Saat ini, umat manusia menderita akibat tindakan sepihak dan sistem internasional yang tidak adil. Kita dapat melihat manifestasi jelas dari hal ini dalam apa yang terjadi di Jalur Gaza," jelas Presiden Raisi.

pertemuan putin raisi
Pertemuan Presiden Rusia Putin dan Presiden Iran Raisi. (Sumber: Sergei Bobylev/TASS)

Sebelumnya, Presiden Raisi mengatakan apa yang terjadi di Gaza merupakan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Menjadi lebih menyedihkan, itu menurutnya didukung Amerika Serikat dan negara-negara Barat, dikutip dari Reuters.

"Sangat disayangkan bahwa organisasi-organisasi internasional, yang seharusnya melindungi hak asasi manusia, kini kehilangan efektivitasnya; dan semua ini terjadi di depan mata seluruh komunitas global," kritik Presiden Raisi.

Terpisah, jumlah korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 17.177 sejak 7 Oktober, kata Kementerian Kesehatan di wilayah kantong tersebut pada Hari Kamis.

"Sekitar 70 persen korban adalah anak-anak dan perempuan," kata juru bicara kementerian Ashraf al-Qudra pada konferensi pers, dilansir dari Anadolu.

Lebih jauh dia mengatakan, 46.000 orang lainnya terluka dalam serangan gencar Israel di wilayah Palestina yang diblokade.

"Setidaknya 290 petugas medis tewas, 102 ambulans hancur dan 160 pusat layanan kesehatan menjadi sasaran serangan Israel, sementara 20 rumah sakit dan 46 pusat perawatan primer terpaksa tidak berfungsi," papar al-Qudra.

"Kami menghadapi kesulitan dalam menghitung jumlah korban tewas dan korban luka akibat serangan yang sedang berlangsung dan pemadaman komunikasi," tambahnya.

Diketahui, Israel melanjutkan serangan militernya di Jalur Gaza pada 1 Desember, seiring berakhirnya jeda kemanusiaan selama seminggu dengan Hamas.

Israel melancarkan kampanye militer dan blokade total terhadap Jalur Gaza, usai Hamas melancarkan serangan ke wilayah selatan mereka pada 7 Oktober, menyebabkan sekitar 1.200 warga Israel tewas menurut angka resmi.