JAKARTA - Perusahaan milik konglomerat Dato Tahir, PT Bank Mayapada Internasional Tbk bakal menambah modal lewat penerbitan saham baru atau rights issue. Bank milik orang terkaya nomor 10 di Indonesia ini mengumumkan harga pelaksanaan sebesar Rp400 untuk setiap saham baru yang diterbitkan.
Dikutip dari keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia, Rabu 17 Februari, Bank Mayapada menawarkan sebanyak-banyaknya 4,99 miliar lembar saham seri B. Dengan harga pelaksanaan Rp400 dan asumsi saham yang diterbitkan optimal, Bank Mayapada berpotensi meraup dana Rp1,99 triliun.
Manajemen Bank Mayapada mengumumkan, setiap pemegang 5.000 lembar saham lama yang tercatat dalam daftar pemegang saham per 2 Maret 2020 berhak atas 3.659 saham Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Setiap satu lembar HMETD berhak membeli sebanyak satu saham baru dengan harga Rp400.
"PT Mayapada Karunia selaku Pemegang Saham Utama Perseroan menyatakan akan mengambil bagian dalam PUT XIII ini dengan membeli saham HMETD dengan jumlah sekurang-kurangnya 1.320.763.369 sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya atau sekurang-kurangnya sebesar 26,42 persen pada periode Pelaksanaan HMETD," tulis manajemen Bank Mayapada.
BACA JUGA:
Beberapa waktu lalu, Sekretaris Perusahaan Bank Mayapada menyampaikan RUPS-LB telah memberi persetujuan untuk pemberian kuasa dan wewenang kepada Direksi Perseroan untuk melakukan tindakan-tindakan persiapan sehubungan dengan Penawaran Umum Terbatas XIII dengan cara menerbitkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) kepada Para Pemegang Saham Perseroan tersebut.
Hal tersebut termasuk tidak terbatas pada penentuan syarat-syarat, rasio, harga pelaksanaan saham yang akan diterbitkan, indikasi jadwal penawaran HMETD dan melakukan segala sesuatu terkait dengan PUT XIII tersebut
Sebagai informasi, pada perdagangan hari ini, saham Bank Mayapada ditutup melemah 2,6 persen atau 200 poin ke level Rp7.500 per lembar saham. Dato Tahir menurut Forbes, adalah orang terkaya nomor 10 di Indonesia dengan kekayaan 3,3 miliar dolar AS (Rp46,2 triliun).