Bagikan:

JAKARTA - Dua startup besar Indonesia, Gojek dan Tokopedia dikabarkan sedang menyelesaikan persyaratan untuk proses merger mereka. Kabarnya juga, kesepakatan antara raja layanan ride-hailing dan raja e-commerce Tanah Air ini paling cepat akan terjadi pada bulan Februari ini.

Demikian diungkapkan sumber yang diwawancarai Bloomberg, dikutip Rabu 17 Februari. Kedua perusahaan sedang membahas berbagai skenario dengan tujuan mencatatkan sahamnya di bursa Indonesia dan Amerika Serikat.

Sumber tersebut juga mengatakan, jika merger ini terjadi, akan menjadikan nilai kapitalisasi pasar mencapai 35 miliar dolar AS (Rp490 triliun kurs Rp14.000) hingga 40 miliar dolar AS (Rp560 triliun). Kedua perusahaan rintisan ini berencana untuk menciptakan ekosistem layanan pemesanan kendaraan dan pembayaran digital.

Ketentuan terbaru yang sedang dibahas meminta pemegang saham Gojek untuk memiliki sekitar 60 persen dari entitas gabungan, sementara investor Tokopedia memegang 40 persen. Terlepas dari rasionya, kedua perusahaan mendekati transaksi sebagai merger yang sederajat.

Salah satu skenario yang dibahas adalah menggabungkan kedua perusahaan sebelum secara bersamaan mencatatkan mereka di Indonesia dan AS. Skenario lain adalah mendaftarkan Tokopedia di Jakarta terlebih dahulu, kemudian bergabung dengan Gojek sebelum mendaftarkan entitas gabungan di AS.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai rencana merger dua startup berstatus decacorn dan unicorn yaitu Gojek dan Tokopedia tidak akan menciptakan monopoli di pasar digital Indonesia.

Piter menyatakan merger antara Gojek dan Tokopedia merupakan langkah strategis dan taktis karena aksi ini dilakukan oleh dua entitas bisnis yang memiliki segmen usaha berbeda yaiti Gojek berfokus pada bisnis ride-hailing sedangkan Tokopedia mengoptimalkan pasar e-commerce.

"Merger itu (Gojek-Tokopedia) jika terwujud tidak akan menciptakan monopoli. Mereka berada disegmen bisnis yang berbeda. Justru ini akan saling melengkapi dan itu strategi yang sangat taktis dalam menghadapi pandemi ini," kata Piter dikutip dari Antara.

Tak hanya itu, Piter mengatakan hadirnya perusahaan baru hasil merger ini tidak akan menciptakan barrier to entry yang tinggi bagi potensi masuknya pemain baru baik yang akan menggarap ceruk pasar baru atau berkompetisi di bidang sama dengan perusahaan hasil gabungan Gojek dan Tokopedia.

Ia menjelaskan dalam bisnis berbasis digital seperti Gojek dan Tokopedia barrier to entry yang biasanya membayangi setiap aksi merger perusahaan itu kelihatannya relatif rendah.

Menurutnya, meskipun mereka akan menjadi market leader dan memiliki market share yang cukup besar namun hal tersebut tidak akan memicu persaingan tidak sehat.

"Sekarang saja meskipun keduanya sudah besar kita masih bisa melihat adanya pemain sejenis yang menggarap segmen tertentu,” ujarnya.

Bawa manfaat untuk UMKM

Piter optimis bahwa aksi merger dua start up ini akan mampu membawa banyak manfaat terutama bagi pertumbuhan UMKM dan pasar digital Indonesia.

Hal tersebut didukung oleh fakta bahwa kedua perusahaan yang memiliki valuasi masing-masing 10,5 miliar dolar AS dan 7,5 miliar dolar AS itu selama ini selalu mendukung pertumbuhan UMKM melalui berbagai lini bisnis yang dioperasikannya.

"Kita sudah lihat bagaimana orang dengan modal Rp500 ribu bisa mulai berdagang di Tokopedia. Itu artinya merger kedua perusahaan itu tidak akan mematikan UMKM namun sebaliknya justru memberikan ruang bagi UMKM untuk tumbuh," jelasnya.

Dalam Tokopedia terdapat sekitar 10 juta mitra serta lebih dari 1 juta mitra UMKM yang bergabung di Gojek di luar 1,5 juta mitra driver Gojek yang melayani jasa transportasi dan pengantaran secara daring.