Bagikan:

JAKARTA - Arif Baharudin berhasil meraup dana hingga Rp3,96 miliar dari total penjualan seluruh kepemilikan sahamnya di PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Komisaris Antam tersebut mengumumkan penjualan seluruh kepemilikan saham di BUMN tersebut pada pekan lalu. 

Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin 15 Februari, Arif Baharudin melaporkan dirinya menjual 1.390.000 lembar saham ANTM miliknya pada 10 Februari 2021 atau setara 0,0058 persen porsi kepemilikan sahamnya.

Arif menjual saham tersebut dengan harga Rp2.850. Alhasil, ia mendapatkan Rp3,96 miliar dari total penjualan saham ANTM. 

Setelah transaksi tersebut, Arif tidak lagi memiliki saham di perusahaan tambang mineral pelat merah itu.

"Tanggal transaksi pada 10 Februari 2021 dengan tujuan trading. Status kepemilikan saham langsung," ujar Arif.

Sebelumnya, Arif Baharudin juga melaporkan dirinya melakukan pembelian saham ANTM sebanyak 400.000 saham dengan harga Rp2.500. Total transaksi dari aksi tersebut mencapai Rp1 miliar.

Sebagai informasi, pada hari ini saham ANTM menguat 1,05 persen ke level Rp2.900 di akhir perdagangan. Saham Antam menjadi yang paling aktif diperdagangkan hari ini dengan volume 361,6 juta lembar dengan nilai transkaksi Rp1,1 triliun.

Antam yang ambisius

Sebagai perusahaan yang memproduksi nikel, Antam seperti mendapatkan durian runtuh dari akan adanya megaproyek baterai kendaraan listrik di Tanah Air. Apalagi Antam juga menjadi satu dari empat BUMN yang tergabung dalam holding baterai listrik atau Indonesia Battery Holding (IBH).

Situasi di tambang nikel Antam. (Foto: Dok. Aneka Tambang)

Holding tersebut merupakan gabungan dari MIND ID, PT Pertamina, PT PLN, dan PT Aneka Tambang. Dengan melihat potensi besar tersebut, Antam pun membidik sejumlah target ambisius tahun ini utamanya pada komoditas nikel.

Produksi dan penjualan komoditas nikel tersebut dipatok tumbuh lebih dari 50 persen pada 2021. Berdasarkan laporan perseroan, volume produksi bijih nikel pada 2020 lalu (unaudited) mencapai 4,76 juta wet metric ton (wmt).

Sementara itu, pada tahun ini Antam menetapkan volume produksi bijih nikel sebesar 8,44 juta wmt. Volume itu naik 77 persen dibandingkan capaian pada tahun lalu.

SVP Corporate Secretary Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko mengatakan, peningkatan produksi bijih nikel tersebut akan digunakan sebagai bahan baku pabrik feronikel perseroan dan mendukung penjualan kepada pelanggan domestik.

Selain itu, Antam juga menargetkan penjualan bijih nikel 2021 naik 104 persen menjadi 6,71 juta wmt. Pada 2020, penjualan bijih nikel unaudited ANTM hanya mencapai 3,3 juta wmt.

"Peningkatan target penjualan itu juga seiring dengan outlook pertumbuhan industri pengolahan nikel di dalam negeri," ujar Kunto seperti dikutip dari keterangan resminya.

Sementara itu, untuk target volume produksi dan penjualan feronikel 2021 relatif stabil yaitu, sebesar 26.000 ton nikel dalam feronikel (TNi). Target itu tidak jauh berbeda dengan capaian 2020 yaitu produksi unaudited sebesar 25.970 TNi dan penjualan unaudited sebesar 26.163 TNi.

Kunto menjelaskan target itu disesuaikan dengan langkah optimalisasi produksi pabrik feronikel perseroan di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.