Bagikan:

JAKARTA - Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik (electric vehicle/EV battery) Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan bahwa Indonesia menyimpan 30 persen cadangan nikel dunia yang notabene merupakan bahan baku pembuat baterai mobil listrik. Angka yang disebutkan oleh Agus tersebut setara dengan 21 miliar ton nikel mentah dan menjadi yang terbanyak dikuasai oleh satu negara.

“Kita bisa menjadi produsen (baterai) global,” ujarnya saat menggelar rapat dengan Komisi VII DPR-RI awal pekan ini.

Tidak berhenti sampai di situ, Agus juga memaparkan beberapa sumber daya alam lain yang biasa digunakan dalam pembuatan tools penyimpan daya sangat melimpah di bumi nusantara. Seperti diantaranya aluminium sebesar 1,2 miliar ton, tembaga 51 miliar ton, dan mangan sebesar 43 miliar ton.

Sebagai informasi, pengembagan produksi baterai sejalan dengan upaya mewujudkan energi bersih yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang percepatan program kendaraan bermotor listrik.

Lebih lanjut, Agus juga menginformasikan bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pertambangan, yakni Antam, telah lama mengelola produksi nikel nasional. Menurutnya, hal tersebut merupakan modal penting untuk bisa mewujudkan ambisi membentuk Indonesia Battery Holding pada 2025 guna memuluskan jalan menjadi pemain kakap pasar baterai internasional.

Untuk diketahui, produksi nikel sulfat Indonesia tiap tahun mencapai 50 ribu hingga 100 ribu ton per tahun. Jumlah ini melebihi kebutuhan dalam negeri dan mempunyai nilai strategis untuk di jual ke pasar mancanegara.

"Kami menargetkan untuk bisa memperbesar output menjadi 120 ribu sampai 240 ribu ton,” tutupnya.