Momentum Kebangkitan Ekonomi Syariah: Asa Agung di Pundak Bank Syariah Indonesia
Dirut Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi (tengah) didampingi Wakil Dirut I Ngatari (kanan) dan Wakil Dirut II Abdullah Firman Wibowo. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Bank Syariah Indonesia Tbk saya nyatakan diluncurkan.

Demikian doa yang terlontar dari lisan Presiden Joko WIdodo (Jokowi) saat meresmikan bank syariah terbesar di Indonesia pada Senin, 1 Februari di Istana Merdeka Jakarta.

Kalimat sederhana namun sarat makna dan penuh harapan. Pasalnya, seremoni tersebut sekaligus momentum penggabungan  tiga bank milik pemerintah, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk.  (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM), dan PT Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah).

Di bawah bendera Bank Syariah Indonesia (BSI), negara ini menggantungkan banyak asa. Dalam petikan pidato presiden, kepala negara bahkan menyebut potensi ekonomi syariah nasional bak raksasa yang sedang tertidur. Kebijakan strategis merger tiga bank plat merah ini adalah nyata upaya menggugah sang raksasa ekonomi untuk berkontribusi lebih besar bagi perekonomian.

Narasi yang dibangun Presiden Jokowi tidak main-main. Mengutip Masterplan Ekonomi Syariah 2019-2024 yang dirilis pemerintah, konsumsi industri halal di Indonesia pada 2017 mencapai lebih 200 miliar dolar AS, lebih dari 36 persen total konsumsi rumah tangga. Angka itu juga setara dengan 20 persen produk domestik bruto (PDB) yang terbentuk pada periode tersebut.

Lalu, disebutkan pula bahwa aset perbankan syariah global pada 2021 diproyeksikan sebesar 3,5 miliar dolar AS. Jumlah tersebut merupakan angka yang sangat besar mengingat peningkatannya mencapai 57 persen untuk sektor makanan dan gaya hidup dan 75 persen untuk keuangan Islam jika dihitung sejak 2015.

State of the Global Islamic Economy pada 2018 menyebutkan bahwa Malaysia menempati peringkat pertama dalam daftar pengelolaan keuangan halal terbesar di dunia. Sementara Indonesia menempati posisi ke-10 untuk dalam kategori yang sama.

Maka, sudah sewajarnya jika Presiden Jokowi menaruh harapan besar pada Bank Syariah Indonesia untuk bisa menjadi pemain penting dalam industri halal dunia dan menjadi ‘pusat gravitasi’ ekosistem halal global.

Hasrat yang sama juga disampaikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Sebagai bos besar perusahaan negara, dia menggambarkan bahwa BSI merupakan wujud legitimasi ekonomi syariah nasional.

“Sebagai negara dengan populasi umat muslim terbesar di dunia, Indonesia sudah sepantasnya memiliki bank syariah besar dan kuat yang akan menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat ekonomi serta keuangan syariah dunia,” katanya.

Target tinggi Erick bukan hal mudah tapi juga bukan perkara mustahil. Merujuk pada laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), disebutkan bahwa performa pembiayaan perbankan syariah tumbuh 9,5 persen pada 2020.

Padahal ruang ekspansi saat ini begitu terbatas akibat dampak pandemi. Kondisi tersebut kontras jika dibandingkan dengan perbankan konvensional yang mencatatkan pertumbuhan kredit minus 2,41 persen untuk periode yang sama.

Dalam mengemban amanah sekaligus target komersial pemerintah, Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi menyiapkan siasat. Dia mengungkapkan bahwa perseroan akan fokus menggarap sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai tulang punggung kegiatan bisnis perseroan.

“Kami berkomitmen untuk melayani semua lapisan masyarakat dengan tetap menjunjung tinggi sistem syariah,”  tegasnya.

Aset Besar

Guna merealisasikan hal itu, Menteri Erick lalu ‘membekali’ Hery dengan aset triliunan rupiah. Sebagai informasi, hingga Desember 2020 BSI memiliki total aset mencapai sekitar Rp240 triliun, modal inti lebih dari Rp22,60 triliun, dan total dana pihak ketiga (DPK) Sebesar Rp210 triliun. Kemudian, diketahui pula bahwa pembiayaan perseroan telah menyentuh angka Rp157 triliun.

Adapun, penghimpunan laba BSI secara konsolidasi diklaim menyentuh Rp2,19 triliun per Desember 2020. Lalu untuk sisi jaringan, BSI didukung oleh lebih dari 1.241 kantor cabang, sekitar 2.447 jaringan ATM, serta beranggotakan lebih dari 20.000 karyawan yang tersebar di seluruh Nusantara.

Dengan kinerja finansial tersebut, Bank Syariah Indonesia masuk dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, atau tepatnya pada ranking ketujuh.

Sebagai penutup, arahan Presiden Jokowi dalam pidato peresmian BSI bisa jadi pesan sejuk bagi masyarakat Indonesia atas kehadiran lembaga keuangan baru ini.

“Bank Syariah Indonesia harus bisa menjangkau semua masyarakat dan tidak hanya untuk muslim saja.”

Selamat Bekerja PT Bank Syariah Indonesia Tbk!