JAKARTA – Gaduh penggunaan dinar dan dirham sebagai alat transaksi yang kemudian dinyatakan ilegal oleh Bank Indonesia masih terus berlanjut. Terbaru, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. dikaitkan dengan polemik tersebut.
Konon, Zaim Saidi, sang inisiator transaksi tersebut, mengaku mencetak koin dinar dan dirham melalui layanan produk yang biasa ditawarkan Antam kepada masyarakat. Tak pelak hal tersebut menimbulkan kehebohan publik.
Meskipun demikian, kepada VOI SVP Corporate Secretary Antam Kunto Hendrapawoko menegaskan bahwa tidak ada pesanan dinar dan dirham dalam daftar perusahaan atas nama Zaim Saidi maupun Amirat Nusantara.
"Dari data histori kami, tidak ada pesanan keping emas dinar dan keping perak dirham dari Amirat Nusantara atau Amir Zaim Saidi," katanya Jumat, 5 Februari.
Menurut Kunto, perseroan memang bisa menyediakan berbagai produk logam mulia yang bisa dipesan secara custom dengan tujuan investasi dan bukan sebagai alat transaksi.
"Produksi produk keping emas dinar dan keping perak dirham ini tidak ditujukan sebagai alat tukar. Karena dinar dan dirham yang diproduksi Antam merupakan produk investasi bersifat collectible items (koleksi), sama seperti emas gift series atau emas seri batik," ucapnya.
Dari penegasan Kunto ini tersirat pesan bahwa Zaim, jika benar memesan di Antam, diduga kuat telah melakukan tindakan penyalahgunaan logam mulia untuk keperluan yang tidak semestinya.
Sejatinya, Antam merupakan BUMN ‘kakap’ dengan kinerja yang cukup moncer. Korporasi dengan kode saham ANTM tersebut merupakan pemain utama di dalam negeri untuk urusan pertambangan, khususnya dalam hal pasok-memasok logam mulia.
Berdasarkan laporan keuangan terakhir ANTM pada kuartal III/2020 disebutkan bahwa perseroan berhasil menghimpun laba bersih Rp835,7 miliar. Capaian ini diklaim melesat 30 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2019 dengan jumlah Rp641,5 miliar.
BACA JUGA:
“Strategi operasional mendukung pertumbuhan profitabilitas seluruh segmen operasi utama perusahaan yang berbasis pada komoditas nikel, emas dan bauksit,” sebut Antam dalam rilisnya.
Adapun, sektor penopang cuan ANTM ditopang oleh penjualan emas yang berkilau sepanjang sembilan bulan pertama 2020.
Produk emas menjadi kontributor terbesar penjualan dengan kontribusi 72 persen terhadap total penjualan dengan nilai sebesar Rp12,98 triliun. Adapun, nilai penjualan bersih seluruh produk tercatat Rp18,04 triliun.
Kondisi demikian berpengaruh terhadap arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp1,12 triliun. Dengan tingkat posisi kas sebesar Rp3,67 triliun, ANTAM menyebut memiliki posisi keuangan yang solid untuk mendukung kesinambungan operasi dan pengembangan usaha.