Guinea Kembali Umumkan Epidemi Ebola Setelah Lima Tahun
Ilustrasi. (National Cancer Institute/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Guinea mengumumkan epidemi wabah Ebola baru, setelah empat orang meninggal dan empat lainnya sakit di wilayah tenggara Nzerekore. Ini merupakan kemunculan kembali setelah Ebola mewabah di Afrika Barat, termasuk Guinea  pada 2013-2016.

Seorang perawat di pusat kesehatan setempat sakit dan meninggal setelah dipindahkan untuk perawatan di Nzerekore pada 1 Februari lalu. Delapan orang yang menghadiri pemakaman itu menunjukan gejalan diare, muntah dan pendarahan. Tiga di antaranya meninggal, empat lainnya dirawat di rumah sakit.

Kementerian Kesehatan Guinea dalam pernyataannya mengatakan, para pasien jatuh sakit karena diare, muntah dan pendarahan setelah menghadiri pemakaman di sub-prefektur Goueke. Mereka yang masih hidup telah diisolasi di pusat perawatan.

“Menghadapi situasi ini dan sesuai dengan peraturan kesehatan internasional, pemerintah Guinea mengumumkan epidemi Ebola,” kata Kementerian Kesehatan dalam pernyataannya. 

Kementerian Kesehatan mengatakan, petugas kesehatan sedang mencoba untuk melacak dan mengisolasi kontak kasus Ebola dan akan membuka pusat perawatan di Goueke, yang berjarak kurang dari satu jam berkendara dari Nzerekore.

Pihak berwenang juga telah meminta vaksin Ebola kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Diketahui, vaksi baru sangat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dalam beberapa tahun terakhir.

“Merupakan keprihatinan yang sangat besar untuk melihat kemunculan kembali Ebola di Guinea, sebuah negara yang telah sangat menderita karena penyakit tersebut,” Direktur Regional WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti seperti dikutip dalam sebuah pernyataan melansir Reuters.

Virus Ebola menyebabkan muntah dan diare parah dan menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh. Ini memiliki tingkat kematian yang jauh lebih tinggi daripada COVID-19, tetapi tidak seperti virus corona, virus ini tidak ditularkan oleh pembawa asimtomatik.

Memerangi Ebola lagi akan memberikan tekanan tambahan pada layanan kesehatan di Guinea karena mereka juga memerangi pandemi COVID-19. Guinea, negara berpenduduk sekitar 12 juta orang, sejauh ini mencatat 14.895 infeksi virus corona dan 84 kematian.