Perjuangan Kongo Lawan Ebola Berlanjut di Wilayah Epidemi Baru Mbandaka
Ilustrasi foto isolasi ebola (Bhossfeld/Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Republik Demokratik Kongo mengumumkan epidemi baru ebola di kota barat, Mbandaka, seribu kilometer jauhnya dari wabah virus yang sama yang sedang terjadi di timur. Menteri Kesehatan Kongo Eteni Longondo mengatakan, empat orang yang meninggal di Mbandaka dikonfirmasi positif ebola setelah pengujian di laboratorium biomedis nasional di Kinshasa.

"Kami memiliki epidemi ebola baru di Mbandaka. Kami akan dengan cepat mengirim mereka vaksin dan obat-obatan," kata Longondo, dikutip dari Reuters, Selasa, 2 Juni.

Wabah ebola di Kongo juga dikonfirmasi Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus lewat akun Twitternya. Ia mengatakan, wabah ebola adalah pengingat bahwa COVID-19 bukan satu-satunya ancaman kesehatan yang dihadapi masyarakat.

Kongo telah berjuang mengakhiri wabah ebola hampir dua tahun, terutama di daerah dekat perbatasan timurnya dengan Rwanda dan Uganda, yang telah menewaskan lebih dari 2.200 orang. Ebola merupakan wabah penyakit paling mematikan kedua di dunia yang tercatat.

Perjuangan lawan ebola

Menurut catatan WHO, kasus terbaru di Kongo merupakan wabah ebola ke-11 di Kongo sejak pertama kali ditemukan di negara itu pada 1976. Sedangkan, Kota Mbandaka dan daerah sekitarnya adalah area wabah ebola ke-9 dari Republik Demokratik Kongo, yang terjadi sejak Mei hingga Juli 2018.

Wabah Ebola ke-10 Republik Demokratik Kongo, di provinsi Kivu Utara, Kivu Selatan, dan Ituri, sedang dalam tahap akhir wabah. Pada 14 Mei 2020, Departemen Kesehatan Kongo memulai penghitungan 42 hari untuk deklarasi akhir wabah ebola. Wabah baru ebola diperkirakan terjadi di Republik Demokratik Kongo mengingat keberadaan virus berada pada kelelawar, yang mana diketahui jumlahnya banyak di negara tersebut.

"Wabah ini terjadi pada saat yang penuh tantangan, tetapi WHO telah bekerja selama dua tahun terakhir dengan otoritas kesehatan, CDC Afrika dan mitra lainnya untuk memperkuat kapasitas nasional untuk menanggapi wabah," kata Dr Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika. 

“Untuk memperkuat kepemimpinan lokal, WHO berencana mengirim tim untuk mendukung peningkatan respons. Mengingat kedekatan wabah baru ini dengan rute transportasi yang sibuk dan negara-negara tetangga yang rentan, kita harus bertindak cepat,” tambahnya. 

Melalui situs resminya, WHO mengatakan telah melakukan pelacakan kontak. Berbagai usaha juga sedang berlangsung untuk mengirim pasokan medis tambahan dari Kivu Utara dan Kinshasa untuk mendukung respons yang dipimpin pemerintah. WHO juga mengatakan akan terus memastikan bahwa layanan kesehatan penting diberikan kepada masyarakat terlepas dari kejadian darurat ini.

Sejauh ini epidemi ebola terbesar adalah pada 2014-2016 di negara-negara Afrika Barat, Liberia, Sierra Leone, dan Guinea. Lebih dari 28.000 orang terinfeksi dalam epidemi itu dan lebih dari 11.000 dari mereka meninggal.