JAKARTA - Perlawanan Republik Demokratik Kongo terhadap wabah ebola terbesar kedua di dunia berakhir. Berakhirnya perlawanan terhadap ebola yang juga nomor dua paling mematikan dalam sejarah ini diumumkan langsung oleh Menteri Kesehatan Kongo Eteni Longondo.
Melansir CNN, Jumat, 26 Juni, Matshidiso Moeti, Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Afrika, mengatakan, pengumuman itu dibuat setelah tidak ada kasus baru yang dilaporkan selama 42 hari sejak korban yang terakhir dinyatakan negatif. "Itu tidak mudah dan kadang-kadang sepertinya misi yang mustahil," kata Moeti.
Sekitar 16 ribu pekerja medis berjuang selama hampir dua tahun melawan wabah kesepuluh negara itu, kata Moeti. Meskipun berhasil menyebar dua vaksin terpisah, wabah itu telah merenggut lebih dari 2.200 jiwa.
Ada hambatan besar yang mengganggu proses penanganan wabah, yakni ketidakpercayaan masyarakat terhadap tim medis. Selain itu, Keadaan makin kacau ketika terjadi konflik di provinsi timur laut, Kongi yang terus bergejolak.
Kongo diketahui telah menghadapi sebelas ebola sejak virus ini ditemukan di dekat Sungai Ebola pada 1976. Negara ini sekarang mengalihkan perhatiannya untuk memerangi COVID-19 dan wabah Ebola kesebelas yang sudah berlangsung di Mbandaka, Provinsi Equateur di sebelah barat negara itu.
Moeti mengatakan ada banyak pelajaran yang dapat dipetik dari segala upaya menangani ebola selama ini. Pelajaran itu, menurut Moeti adalah modal penting dalam perang melawan COVID-19.
"Salah satu pelajaran paling penting adalah kebutuhan (masyarakat) untuk terlibat, memungkinkan masyarakat menjadi berpengetahuan, diberdayakan untuk memainkan peran mereka dengan cara yang berbeda," kata Moeti.
Peringatan UNICEF
Badan untuk anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNICEF, mengatakan pihaknya "menyambut" pengumuman itu. Namun, mereka tetap memperingatkan, perjuangan belum berakhir di Republik Demokratik Kongo.
Edouard Beigbeder, perwakilan UNICEF DRC, mengatakan sejumlah besar sumber daya manusia (SDM) dan keuangan dikerahkan di wilayah timur negara itu untuk mencapai akhir wabah. Beigbeder mengatakan UNICEF menyediakan air, layanan kebersihan, dan dukungan psikososial kepada anak-anak dan memberi tahu jutaan orang tentang cara melindungi diri dari ebola.
BACA JUGA:
"Pelajaran berharga ini membantu kami dalam upaya kami mengatasi wabah Ebola baru di Provinsi Equateur, sementara juga menanggapi pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung," kata Beigbeder.
Beigbeder juga menyinggung bahwa wabah baru ebola dan COVID-19 menunjukkan kepada dunia pentingnya donor internasional. Hal tersebut dikarenakan bahwa dana tersebut mendukung sistem kesehatan negara yang sudah terlalu terbebani memerangi penyakit dan mengatasi dampaknya terhadap anak-anak dan keluarga.