44 Tahun Lalu, Wabah Ebola Pertama Terjadi di Sudan
Penanganan virus ebola (Foto: Wikimedia Common)

Bagikan:

JAKARTA - Pada 27 Juni 1976, seorang penjaga Nzara Cotton Manufacturing Factory, Sudan, merasakan dirinya dalam keadaan tidak sehat alias sakit. Dia pun memutuskan untuk istirahat agar segera pulih dari sakit yang dideritanya.

Namun lima hari kemudian, dia meninggal dunia. Meninggalnya penjaga pabrik ini diketahui karena virus Ebola. Dari sini diketahui awal dari epidemi virus Ebola mulai memasuki negara Sudan. Pada saat epidemi berakhir, 284 kasus Ebola dilaporkan, dengan setengah dari korbannya meninggal dunia. 

Melansir History, 27 Juni,  setelah penjaga pabrik tersebut meninggal, orang kedua di kota itu meninggal pada 6 Juli. Saudara dari orang kedua tersebut juga mengalami keluhan yang serupa, tetapi berhasil pulih. Rekan kerja saudara itu lalu ke rumah sakit pada 12 Juli dengan gejala Ebola dan meninggal dua hari kemudian. 

Istri dari rekan kerja itu meninggal lima hari setelah itu. Seminggu kemudian, tetangga mereka meninggal. Setelah itu, 48 kasus Ebola terjadi hanya di area tersebut dan 27 di antaranya meninggal dunia. 

Gejala demam akibat Ebola umumnya mulai sekitar empat hingga 15 hari setelah seseorang terpapar virus. Korban rata-rata pertama akan merasakan gejala flu, seperti demam tinggi, sakit dan kelelahan. Biasanya gejala tersebut juga disertai dengan diare, muntah dan timbulnya ruam di seluruh tubuh. 

Kemudian orang tersebut mengeluarkan darah dari semua lubang yang ada di tubuhnya. Hal tersebut menandakan kerusakan organ internal dimulai. Dalam tujuh hingga 10 hari, kelelahan, dehidrasi, dan gejala parah lainnya terjadi.

Mengingat pola infeksi ini dan fakta bahwa pekerja rumah sakit juga mulai mengalami gejala Ebola, dokter menyadari bahwa penularan virus melalui kontak dekat. Sebanyak 33 dari 61 perawat di Rumah Sakit Maridi di Sudan selatan meninggal akibat Ebola.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya tiba pada Oktober dan membantu mengatasi epidemi tersebut. Setelah tahu cara menekan penularan dengan mengisolasi para penderita, epidemi berakhir hampir secepat ia muncul. Namun hal tersebut bukanlah wabah terakhir. Tahun-tahun berikutnya, Sudan masih berperang dengan Ebola. 

Salah satunya pada 2 Agustus 1979, seorang lelaki berusia 45 tahun dirawat di rumah sakit Nzara, Sudan, akibat demam yang telah berlangsung selama tiga hari dan disertai dengan diare serta muntah. Ketika berada di rumah sakit, ia mengalami pendarahan dan meninggal pada 5 Agustus. Rumah sakit saat itu masih memiliki peralatan medis yang buruk dan staf rumah sakit tidak mengambil langkah-langkah isolasi. 

Distrik tersebut lalu dikarantina dan berada di bawah pengawasan pemerintah setempat pada awal September. Setelah dua perawat rumah sakit meninggal, WHO mengirim tim pada 22 September untuk mengatasi wabah. 

Selama wabah ini, ada 34 orang yang terinfeksi dengan tingkat kematian kasus 65%. Setiap kasus memiliki hubungan langsung dengan orang yang bekerja di Nzara Cotton Manufacturing Factory, yang mana juga menjadi sumber wabah pertama kalinya pada 1976.

Hingga sekarang, Afrika masih berjuang melawan Ebola. Pada 2014-2015, Afrika Barat menghadapi wabah Ebola dan sebagian besar penularan adalah antar-anggota keluarga. Wabah tersebut juga menunjukkan bahwa kontak langsung dengan jasad orang yang meninggal karena Ebola terbukti menjadi salah satu metode penularan yang paling berbahaya. Oleh karena itu, otoritas kesehatan memutuskan untuk mengubah tata cara acara berkabung dan penguburan.