JAKARTA - Mantan Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin mengklaim bahwa Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menggambarkan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang melengkapi koalisi Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus Muhammadiyah.
Sebab, kata Din, Cak Imin lahir dari keluarga NU. Ia merupakan cicit dari pendiri NU, KH Bisri Syansuri. Sementara, Anies dianggap Din menjadi bagian dari Muhammadiyah.
Hal ini disampaikan Din saat menemui Cak Imin di kantor DPP PKB dengan membawa sejumlah tokoh ormas Islam untuk menyatakan dukungannya kepada pasangan bakal capres-cawapres Koalisi Perubahan tersebut.
"Saya ditanya 'kapan terjadi indonesia dipimpin tokoh NU dan Muhammadiyah?' Saya jawab begini, Cak Imin itu tokoh NU, Mas Anies bisa lah dianggap dari Muhammadiyah. Ini sudah terjadi koalisi Muhammadiyah dan NU," kata Din di kantor DPP PKB, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat, 3 November.
Namun, Din meminta agar jangan sampai muncul pandangan negatif dari persepsinya mengenai Anies dan Cak Imin yang menggambarkan koalisi kedua ormas islam besar tersebut.
"NU dan Muhammadiyah pilar dari angsa dan negara Indonesia. Jadi, enggak perlu khawatir marena turut membangun bangsa dan negara. Ormas-ormas islam termasuk NU dan Muhammadyah punya wawasan tengah atau wasatiyah. Ini maksud kami datang, untuk apresiasi terhadap ijtihad politik," jelas Din.
BACA JUGA:
Berkaitan dengan kontestasi Pilpres 2024, Din memandang pemimpin Indonesia harus memiliki visi yang mampu menyambut dan menghadapi tantangan global saat ini. Menurutnya, Anies dan Cak Imin mampu memegang peran tersebut.
"Kami datang untuk memberikan dukungan itu, tapi sekaligus juga kami datang untuk memastikan apakah PKB sebagai salah satu kekuatan partai pendukung dan Cak Imin sendiri berada pada komitmen yang sama. Ini semacam kontrak sosial politik yang bersifat nilai. Walaupun pada keyakinan saya, beliau berdua pada posisi seperti itu," urainya.