JAKARTA - Mantan Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Din Syamsuddin memandang calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres) yang terlalu muda tidak tepat menjadi pemimpin.
Begitu juga dengan capres-cawapres yang terlalu tua karena berpotensi mengalami penurunan daya ingat. Din menilai, kandidat pemilu presiden diharapkan tidak berusia terlalu tua ataupun terlalu muda.
Hal ini disampaikan Din saat menemui bakal cawapres Muhaimin Iskandar (Cak Imin) di kantor DPP PKB dengan membawa sejumlah tokoh ormas Islam.
"Yang terlalu muda apalagi minim pengalaman justru berbahaya. Tapi tidak terlalu tua. Sangat manusiawi dan alami kalau terlalu tua ini suka pikun, suka lupa. Tapi juga jangan terlalu muda, karena jam terbang kepemimpinan itu penting," kata Din di kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Jumat, 3 November.
Saat menyatakan dukungannya terhadap pasangan Anies Baswedan-Cak Imin, Din memandang bakal capres-cawapres tersebut merupakan calon pemimpin yang cukup muda, namun telah memiliki pengalaman di kursi eksekutif maupun legislatif.
"Kita ketahui, baik Cak Imin maupun Mas Anies juga yang punya pengalaman di dalam me-manage politik nasional, baik di kementerian maupun di lembaga legislatif," tuturnya.
Din juga mengklaim bahwa Anies dan Cak Imin merupakan pasangan capres-cawapres yang menggambarkan koalisi Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus Muhammadiyah.
Sebab, kata Din, Cak Imin lahir dari keluarga NU. Ia merupakan cicit dari pendiri NU, KH Bisri Syansuri. Sementara, Anies dianggap Din menjadi bagian dari Muhammadiyah.
"Saya ditanya 'kapan terjadi indonesia dipimpin tokoh NU dan Muhammadiyah?' Saya jawab begini, Cak Imin itu tokoh NU, Mas Anies bisa lah dianggap dari Muhammadiyah. Ini sudah terjadi koalisi Muhammadiyah dan NU," ucap Din.
Namun, Din meminta agar jangan sampai muncul pandangan negatif dari persepsinya mengenai Anies dan Cak Imin yang menggambarkan koalisi kedua ormas islam besar tersebut.
"NU dan Muhammadiyah pilar dari angsa dan negara Indonesia. Jadi, enggak perlu khawatir marena turut membangun bangsa dan negara. Ormas-ormas islam termasuk NU dan Muhammadyah punya wawasan tengah atau wasatiyah. Ini maksud kami datang, untuk apresiasi terhadap ijtihad politik," jelas Din.